
Wall Street Cerah Dua Hari Beruntun, Bursa Asia Pun Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (27/5/2022), di tengah cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) selama dua hari beruntun.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melonjak 1,29%, Hang Seng Hong Kong terbang 2,72%, Shanghai Composite China menguat 0,43%, ASX 200 Australia bertambah 0,32%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,55%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,03%
Investor akan memantau pergerakan saham Alibaba di Hong Kong pada hari ini,setelah perusahaan raksasa teknologi China itu berhasil membukukan pendapatan pada kuartal keempat tahun 2021 yang lebih baik dari perkiraan.
Alibaba melaporkan pendapatan kuartal IV-2021 sebesar 7,95 yuan (US$ 1,18) per saham, dengan pendapatan 204,05 miliar yuan (US$ 30,28 miliar). Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi analis untuk pendapatan 7,31 yuan per saham pada pendapatan CNY 199,25 miliar, menurut StreetAccount.
Sementara itu di China, data keuntungan industri pada periode April 2022 akan dirilis pada hari ini pukul 09:30 waktu setempat.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah pada hari ini terjadi di tengah cerahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin waktu AS, di mana penguatan Wall Street sudah berlangsung selama dua hari beruntun.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,61% ke level 32.637,189, S&P 500 melonjak 1,99% ke 4.057,84 dan Nasdaq Composite meroket 2,68% ke posisi 11.740,65.
Penguatan ini memberikan angin segar bagi investor pasar modal di AS secara luas mengingat Dow telah jatuh dalam delapan minggu terakhir, sementara S&P 500 dan Nasdaq mengalami penurunan beruntun selama tujuh minggu.
Pasar tampaknya telah mendapatkan kembali pijakannya pekan ini, dengan investor berharap untuk melihat puncak inflasi yang kian menggerogoti ekonomi AS.
Akan tetapi, terlepas dari kenaikan indeks utama dua hari jelang akhir pekan ini, banyak investor memperkirakan pasar akan tetap bergejolak dalam beberapa waktu mendatang.
Investor telah mempertimbangkan bagaimana rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memperketat kebijakan moneter dapat membebani pertumbuhan ekonomi dan kinerja pasar keuangan.
Risalah pertemuan The Fed yang dirilis Rabu lalu menunjukkan bahwa pembuat kebijakan sepakat untuk kenaikan suku bunga setengah poin persentase (50 bp) di bulan Juni dan Juli, sejalan dengan komunikasi yang sudah dilakukan sebelumnya. Namun, Wall Street ditutup lebih tinggi setelah rilis tersebut.
Beberapa manajer investasi juga mengamati dengan cermat data baru saat mereka mengukur kesehatan ekonomi. Pada Kamis kemarin, pembacaan kedua produk domestik bruto (PDB) AS kuartal pertama dilaporkan lebih buruk daripada yang pertama dengan kontraksi pada tingkat tahunan 1,5%.
Sementara itu, data klaim pengangguran awal turun minggu lalu dan melayang di dekat posisi terendah bersejarah, menunjukkan gambaran ekonomi yang beragam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
