Bos BRI Komitmen Dorong Inklusi dan ESG di Forum Davos
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengungkapkan penerapan ESG yang konsisten dan terarah, serta mendorong inklusi keuangan menjadi komitmen perusahaan. Hal ini diungkapkan dalam momentum kegiatan World Economic Forum (WEF) tahun 2022 yang diselenggarakan di Davos, Swiss kali ini mengusung tema "Working Together, Restoring Trust".
Dia mengatakan dalam forum tersebut dibahas beberapa topik, seperti evaluasi dampak globalisasi serta tren globalisasi di masa depan. Globalisasi dinilai telah mendorong pertumbuhan ekonomi global, namun saat ini juga terdapat kecenderungan terjadi "fragmentasi" dalam skala regional bahkan domestik yang diperkirakan dapat mengganggu laju pertumbuhan ekonomi global di masa datang.
Menyikapi kecenderungan terjadinya fragmentasi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global tersebut, para panelis menekankan pentingnya kolaborasi dan kerjasama antara semua pihak. Isu-isu yang berkaitan dengan pandemi, perubahan iklim, geopolitik, pertumbuhan ekonomi, cyber security, dan masalah global lainnya hanya dapat berhasil diatasi jika dilakukan secara kolaboratif.
Topik kedua yang dibahas berkaitan dengan isu Environment, Social and Governance (ESG), yang memiliki peranan penting untuk mendukung sustainability atau keberlanjutan kehidupan manusia serta mendorong tingkat kemakmuran.
"BRI melihat bahwa pelaku usaha segmen UMKM sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, memegang peranan penting dalam penerapan prinsip-prinsip ESG kedepan. Oleh karena itu, menjadi hal yang krusial untuk memberikan edukasi untuk meningkatkan awareness dari para pelaku usaha UMKM akan pentingnya memastikan keberlanjutan usaha mereka melalui penerapan prinsip-prinsip ESG", ungkap Sunarso dalam siaran resmi, Rabu (25/5/2022).
Dia menjelaskan BRI juga melihat penerapan ESG yang konsisten dan terarah harus dimulai dari concern utama, yaitu Governance. Dengan Governance yang baik, penerapan ESG diharapkan akan lebih terarah dan terukur sehingga dapat mendorong keberlangsungan usaha yang dijalankan. Inisiasi dari pimpinan menjadi elemen penting untuk mendorong penerapan sisi Governance ini.
Hal penting lainnya adalah inklusi keuangan, yang melibatkan kontribusi dari banyak pelaku usaha dibandingkan yang berfokus pada pelaku usaha tertentu menjadi faktor penting untuk pemerataan ekonomi dan kesejahteraan.
"Namun, pandemi Covid-19 memberikan pelajaran bagi kita bahwa selain inklusi keuangan, hal critical lain yang perlu ditindak-lanjuti adalah digitalisasi. Issue ini sangat relevan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 76% dan Pemerintah menargetkan menjadi 90% di 2024. Namun financial literacy index di Indonesia masih cukup rendah dibawah 40%," jelasnya.
Sunarso menambahkan BRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang telah lama berkecimpung dalam pengembangan bisnis UMKM di Indonesia, melalui survei yang dilakukan pada 2020 telah mempelajari karakteristik nasabahnya.
Survei tersebut mengungkapkan nasabah UMKM, terutama Mikro dan Ultra Mikro mempunyai pengetahuan yang terbatas mengenai produk-produk keuangan. Kemudian nasabah tidak nyaman dengan produk pinjaman konvensional perbankan yang memiliki term & condition yang kaku (rigid) mengingat nasabah tidak mempunyai cashflow yang stabil.
Selain itu, nasabah membutuhkan lembaga keuangan terpercaya dengan karakteristik local. Kedekatan jarak dan kepercayaan merupakan pertimbangan utama nasabah dalam mengakses layanan keuangan perbankan.
"BRI terus melakukan inovasi untuk menjawab tantangan tersebut, untuk memastikan masyarakat memiliki peluang yang sama untuk mengakses layanan keuangan yang lengkap dan sustainable sehingga dapat mendukung pengembangan bisnis dan peningkatan kualitas hidup," ujarnya.
(rah/rah)