
Sri Mulyani Benar, Triple Horor Makin Terlihat!

Seperti diketahui, perang Rusia-Ukraina melambungkan harga komoditas pangan dan energi hingga inflasi pun melesat tajam. Kenaikan inflasi membuat bank sentral banyak negara bertindak agresif dengan menaikkan suku bunga.
Bank of England (BoE) sudah menaikkan suku bunga acuan dalam empat pertemuan terakhir. Pada periode Desember 2021 hingga Mei 2022, suku bunga BoE sudah naik 90 bps menjadi 1% di bulan Mei.
BoE bertindak agresif setelah inflasi melambung pasca perang Rusia-Ukraina. Inflasi Inggris melambung ke 9% (yoy) pada April tahun ini, yang menjadi rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed juga sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada tahun ini, yakni sebesar 25 bps pada Maret dan 50 bps awal bulan ini. Inflasi AS melonjak ke level 8,3% (yoy) pada April. Inflasi April memang lebih rendah dibandingkan Maret (8,5%) tetapi masih berkutat di level tertingginya sejak 40 tahun terakhir.
Tren kenaikan suku bunga tinggi tidak hanya dianut negara maju tetapi juga berkembang. The Reserve Bank of India di luar dugaan menaikkan suku bunga acuan sebesar 40 bps menjadi 4,4% di Mei tahun ini.
Kenaikan tersebut adalah yang pertama sejak 2018 dan dilakukan untuk memerangi inflasi Negeri Bollywood. Inflasi India menembus 7,79% (year on year) di April 2022, yang menjadi rekor tertingginya sejak Mei 2014.
Brasil, Argentina, Malaysia, Arab Saudi, hingga Afrika Selatan sudah menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini untuk menghadang inflasi. Ekonom DBS Radhika Rao mengatakan dengan tren kenaikan suku bunga acuan di tingkat global, sulit bagi BI untuk tidak menaikkan suku bunga pada tahun ini. Kenaikan suku bunga acuan tidak hanya untuk menekan inflasi tetapi menjaga daya tarik aset rupiah kepada investor.
Sri Mulyani mengingatkan lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga termasuk suku bunga di tingkal global bisa mengganggu momentum pertumbuhan domestik.
"Pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan mengalami tekanan karena inflasi dan kenaikan suku bunga," tutur Sri Mulyani, dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR, terkait Persetujuan Tambahan Kebutuhan Anggaran dalam Merespon Kenaikan Harga Komoditas, Kamis, 19 Mei 2022.
Dana Moneter Inetrnasional (IMF) dalam laporannya Economic Outlook 2022: War Sets Back the Global Recovery mengatakan banyak bank sentral akan menganut kebijakan moneter ketat untuk meredam inflasi.
"Kenaikan harga membuat banyak bank sentral mengetatkan kebijakan moneter. kenaikan suku bunga juga akan diambil oleh bank sentral di banyak negara terutama emerging market ataupun negara berkembang," tulis IMF.
Kenaikan suku bunga acuan tersebut diperkirakan akan menjadi salah satu faktor melemahnya perekonomian global tahun ini. Faktor lain tentu saja lonjakan inflasi.
IMF telah mengkoreksi pertumbuhan global global tahun ini menjadi 3,6% dari proyeksi sebelumnya 4,4% di awal 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]