Ekonominya Dapat Warning, Dolar Singapura Apa Kabar?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 May 2022 12:20
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura mencatat pertumbuhan yang melambat di kuartal I-2022. Pemerintahnya juga memperingatkan perekonomiannya bisa tumbuh pada batas bawah target. Hal tersebut membuat dolar Singapura melemah melawan rupiah, meski masih berada di dekat level tertinggi dalam 3 bulan terakhir.

Pada perdagangan Rabu (25/5/2022), pukul 10:43 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.673/SG$, turun kurang dari 0,1% di pasar spot, melansir dara Refinitiv. Namun pagi tadi, mata uang Negeri Merlion ini sempat menyentuh Rp 10.648/SG$.

Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura (MIT) hari ini melaporkan PDB kuartal I-2022 tumbuh 3,7% year-on-year (yoy) jauh melambat dari kuartal sebelumnya 6,1% (yoy).

Selain itu, MIT mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini sebesar 3% - 5%, tetapi memperingatkan kemungkinan akan berada di dekat batas bawah.

Hal tersebut terjadi akibat kondisi perekonomian global yang menurun, terutama akibat perang Rusia dengan Ukraina serta lockdown di China.

"Konflik Rusia-Ukraina telah mengganggu pasokan energi, makanan dan komoditas lainnya, yang memicu kenaikan inflasi global dan sebaliknya membuat perekonomian di banyak negara melambat," tulis pernyataan MIT yang dikutip The Straits Times, Rabu (25/5/2022).

Untuk diketahui, Singapura mengandalkan ekspor untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai tinggi, maka pertumbuhan ekonomi mengekor.

Namun, dengan melambatnya perekonomian global, tentunya pertumbuhan permintaan akan melambat dan berdampak ke ekspor Singapura. Apalagi, China yang merupakan pasar ekspor terbesarnya masih menerapkan lockdown di beberapa wilayah, dan perekonomiannya juga diperkirakan melambat di tahun ini.

"Langkah-langkah ketat yang dilakukan China untuk meredam penyebaran virus corona akan menurunkan pertumbuhan ekonominya dan berkontribusi terhadap masalah rantai pasokan global," kata MIT

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ambruk, Kurs Dolar Singapura Cetak Rekor Termahal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular