RI Terapkan DMO, Harga CPO Malah Turun...

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Rabu, 25/05/2022 09:50 WIB
Foto: Pekerja membongkar buah sawit dari sebuah truk di sebuah pabrik kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur 4 Agustus 2014. REUTERS / Samsul Said / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun tipis di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Rabu (25/5/2022), setelah harga CPO naik selama tiga hari beruntun. Bagaimana tren selanjutnya?

Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:40 WIB harga CPO di banderol di level MYR 6.456/ton atau turun tipis 0,4%.


Secara teknis, Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, menilai bahwa harga CPO akan menguji titik resistance di MYR 6.560/ton, pantulan tersebut mungkin akan menyebabkan kenaikan ke MYR 6.713/ton.

Sumber: Refinitiv

Kemarin, kontrak berjangka acuan minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives ditutup di MYR 6.482/ton (US$1.472,13/ton) yang melonjak 3,34%. Menandai kenaikan selama tiga hari beruntun.

Pergerakan tersebut terjadi karena pasar melihat kembali tanda-tanda pembelian dari China dan ketidakpastian atas dimulainya kembali ekspor Indonesia bahkan setelah larangan tersebut dicabut.

"Kami tidak melihat banyak aliran ekspor minyak sawit Indonesia untuk segera dilanjutkan karena tidak adanya kejelasan tentang penerbitan izin ekspor," kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian pialang minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.

Kelapa Penelitian CGS-CIMB Research Ivy Ng juga menyerukan hal yang sama. Menurutnya area yang harus diperhatikan adalah bagaimana pemerintah menentukan ukuran dan harga aturan penjualan domestik dan mekanisme untuk meningkatkan distribusi minyak goreng untuk memastikan pasokan yang cukup.

Sementara itu, India sedang mengalami lonjakan harga pada minyak nabati lokal, sehingga pemerintah India pun berencana untuk memotong pajak impor atas minyak kedelai mentah dan minyak bunga matahari mentah. Inflasi ritel dan grosir di India mencapai level tertinggi multi-tahun pada bulan April.

Perdana Menteri Narendra Modi pada Sabtu (21/5) mengumumkan serangkaian perubahan struktur pajak yang dikenakan pada komoditas penting untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga.

Pengurangan bea masuk, yang dikenal sebagai Pertanian Infrastruktur dan Pembangunan Cess (AIDC), dapat menurunkan harga domestik dan membantu konsumen dan penyulingan domestik meredam pukulan dari melonjaknya biaya makanan. Pemerintah India berencana untuk memotong 5% AIDC.

Namun, untuk pemotongan pajak impor untuk minyak sawit mentah belum ada kepastian. Direktur Eksekutif Asosiasi Ekstraktor Pelarut India BV Mehta menilai bahwa pemerintah India sebaiknya mempertimbangkan kebijakan yang serupa untuk minyak sawit mentah. Karena minyak CPO juga merupakan salah satu minyak nabati yang mendominasi permintaan pasar di India.

Sebelum diberlakukannya larangan ekspor CPO Indonesia, India merupakan negara importir terbesar CPO Indonesia, di mana India setiap tahun mengimpor sekitar 13-13,5 juta ton minyak nabati, dan sekitar 8-8,5 juta ton (63%) merupakan minyak sawit. Dari jumlah tersebut, 45%-50% berasal dari Indonesia dan sisanya dari negara tetangga, yaitu Malaysia.

Namun, setelah larangan ekspor diberlakukan, India telah membeli CPO dari Malaysia dan Thailand untuk mengisi kekosongan pasokan sekitar 300.000-325.000 ton minyak sawit yang berasal dari Indonesia setiap bulannya.

Dengan adanya pemotongan bea masuk untuk impor minyak nabati, tentunya produsen CPO dari Malaysia dan Thailand akan diuntungan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi