RI Terapkan DMO, Harga CPO Malah Turun Tipis!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
24 May 2022 09:39
A worker unloads oil palms at a plantation outside Kuala Lumpur January 29, 2007. REUTERS/Bazuki Muhammad
Foto: REUTERS/Bazuki Muhammad

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun tipis di sesi pembukaan perdagangan pada hari ini, Selasa (24/5/2022), setelah harga CPO ditutup melonjak kemarin. Bagaimana tren ke depan?

Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:20 WIB harga CPO di banderol di level MYR 6.242/ton atau turun tipis 0,30%.

Lantas, bagaimana tren ke depan?

Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, menilai harga CPO hari ini akan bergerak netral dalam kisaran di MYR 6.099-6.354/ton, kemudian akan menunjukkan arah baik naik atau turun.

CPO 24 meiSumber: Refinitiv

Kemarin, kontrak minyak sawit acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup melonjak 2,6% di MYR 6.261/ton (US$1.428,77/ton), didukung perkiraan output yang lemah bulan Mei sementara para pedagang masih menilai dampak dari kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) Indonesia terhadap pasokan global.

Seperti yang diwartakan Reuters, Kementerian Perdagangan Indonesia akan mewajibkan perusahaan untuk mendapatkan izin ekspor untuk pengiriman minyak sawit mentah dan olein, dengan persetujuan diberikan kepada mereka yang memiliki bukti bahwa mereka telah memenuhi persyaratan volume penjualan domestik.

Izin tersebut akan berlaku selama enam bulan dan perusahaan harus melaporkan realisasi ekspornya setiap bulan sesuai peraturan.

Ditempat berbeda, Menteri Perekonomian Airlangga Hartanto memberikan pernyataan bahwa Indonesia tidak berencana menurunkan persentase minyak sawit dalam biodiesel di bawah level 30% guna memastikan pasokan energi negara.

"Kalau sekarang kita bandingkan harga sawit dengan harga energi, harus lebih banyak subsidi ke energi, jadi persoalannya adalah ketahanan energi. (Persentase) pencampuran tidak akan berkurang karena keamanan energi adalah prioritas utama," tuturnya di Forum Ekonomi Dunia di Davos yang dikutip dari Reuters.

Hartanto juga merencanakan porsi DMO yang harus dijual di dalam negeri oleh para produsen sebesar 20%.

"Saat ini DMO sudah 30% tapi akan turun menjadi 20% jika harga minyak turun," tambahnya.

Sementara itu, Malaysia Productivity Corporation (MPC) yang diwakilkan oleh Datuk Abdul Latif Abu Seman mendesak pemerintah Malaysia untuk segera menyelesaikan krisis tenaga kerja asing, di mana sebanyak 32.000 tenaga kerja asing berasal dari Indonesia.

Malaysia telah kehilangan setidaknya 21 miliar ringgit (US$ 4,7 miliar) pada tahun 2021 karena krisis tenaga kerja karena pandemi Covid-19 dan diprediksikan akan terus merugi hingga 28 miliar ringgit (US$6,3) di tahun ini jika krisis tenaga kerja asing masih belum terselesaikan.

MPC juga meminta pemerintah Malaysia untuk memberikan fasilitas edukasi untuk pekerja lokal, sehingga program tersebut diharapkan dapat menarik minat masyarakat Malaysia untuk bekerja di sektor tersebut.

Krisis tenaga kerja asing juga membuat Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan memprediksikan adanya penurunan pada produksi 1-20 Mei yang diperkirakan turun 15% dari bulan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Larangan Ekspor jadi Nyata, Harga CPO Malah Turun Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular