Dolar AS Sedang Terpuruk, Rupiah Apa Kabar Pagi Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 May 2022 09:13
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sama dengan pergerakan sebelumnya sepanjang bulan ini, rupiah menguat selalu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pembukaan perdagangan.Tetapi setelahnya penguatan terpangkas dan akhirnya melemah. Sepanjang perdagangan Mei, rupiah baru sekali saja mampu menguat.

Pada perdagangan Selasa (24/5/2022), rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.650/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada pukul 9:07 WIB, rupiah sudah berada di Rp 14.665/US$ atau penguatannya tersisa 0,03% saja. 

Pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) juga menunjukkan rupiah belum akan menguat jauh. Posisinya hanya sedikit lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan kemarin. 

Periode

Kurs Senin (23/5) pukul 15:13 WIB

Kurs Selasa (24/5) pukul 8:57 WIB

1 Pekan

Rp14.652,0

Rp14.648,0

1 Bulan

Rp14.659,0

Rp14.650,0

2 Bulan

Rp14.648,0

Rp14.674,0

3 Bulan

Rp14.680,0

Rp14.708,0

6 Bulan

Rp14.769,0

Rp14.795,0

9 Bulan

Rp14.864,0

Rp14.919,0

1 Tahun

Rp15.019,0

Rp15.024,0

2 Tahun

Rp15.419,0

Rp15.484,0

Pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada perdagangan hari ini. Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) siang nanti, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR) bertahan di 3,50%.

Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya dua yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Artinya, masih ada peluang BI akan memberikan kejutan. Ekonom OCBC Wellian Wiranto memperkirakan BI sudah akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
"Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada minggu ini. Kenaikan untuk menekan tekanan inflasi," ujar Wellian, kepada CNBC Indonesia.

Jika BI benar memberikan kejutan, maka rupiah akan mendapat suntikan tenaga dan tidak menutup kemungkinan rupiah mampu mempertahankan penguatan hari ini.

Sementara itu dolar AS sedang mengalami koreksi akibat penurunan yield Treasury AS. Pada perdagangan Senin kemarin, indeks dolar AS jeblok lebih dari 1%, melanjutkan penurunan 1,35% sepanjang pekan lalu.

Selain penurunan yield Treasury, dolar AS juga tertekan setelah salah satu pejabat elit bank sentral AS (The Fed) menyatakan suku bunga bisa kembali diturunkan ketika inflasi sudah sukses dikendalikan.

"Saya sudah mengatakan suku bunga seharusnya naik menjadi 3,5% di akhir tahun ini, lebih tinggi dari pandangan beberapa rekan saya," kata Presiden The Fed wilayah St. Louis, James Bullard dalam wawancara bersama Fox Business Jumat pekan lalu.

Beberapa pejabat The Fed, begitu juga pelaku pasar saat ini melihat suku bunga The Fed di akhir tahun nanti berada di kisaran 2,75% - 3%, atau naik 200 basis poin lagi dari level saat ini.

"Semakin besar front-load yang kita lakukan, semakin cepat kita bisa mengendalikan inflasi dan ekspektasi inflasi, dan posisi kita akan semakin bagus. Di tahun 2023 dan 2024, kita bisa menurunkan lagi suku bunga karena inflasi sudah terkendali," kata Bullard.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular