
Ratusan Triliun Rupiah Lenyap dari AS & China, Lari ke RI?

Saat aksi jual melanda, pasar saham Indonesia menjadi salah satu yang mendapat "durian runtuh". Sepanjang tahun ini, investor asing tercatat melakukan beli bersih sekitar Rp 63 triliun di pasar reguler, tunai dan nego.
Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, sebelum merosot di bulan Mei. Pergerakan IHSG tersebut mengabaikan Wall Street yang sudah mengalami aksi jual dalam beberapa bulan terakhir.
Meski demikian, modal yang keluar dari pasar obligasi dan saham secara global sebenarnya terbang menuju aset lain yang dianggap aman. Cash atau uang tunai, tetapi bukan sembarangan uang tunai, melainkan dolar AS.
Hal inilah yang membuat dolar AS masih terus menanjak, meski terjadi capital outflow di pasar obligasi Amerika Serikat.
Selain itu, aliran modal juga masuk ke emas yang merupakan safe haven. Financial Times yang mengutip data dari BlackRock melaporkan inflow ke exchange trade product (ETP) emas mencatat rekor tertinggi sepanjang masa di bulan Maret lalu.
Data dari BlackRock tersebut menunjukkan inflow sebesar US$ 11,3 miliar atau sekitar Rp 165 triliun sepanjang Maret, naik lima kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya. Inflow tersebut membuat harga emas meroket hingga nyaris memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa, sebelum akhirnya turun belakangan ini.
"Kami melihat penyerapan ETP emas mengalami peningkatan secara struktural. Itu tidak terlalu mengejutkan melihat reputasi emas sebagai aset safe haven saat adanya risiko geopolitik dan secara historis logam mulia merupakan aset lindung nilai terhadap inflasi," kata Karim Chedid, kepala strategi investasi wilayah Emea di BlackRock, sebagaimana dilansir Financial Times awal April lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
