Pak Perry Bisa Bawa Rupiah ke Bawah Rp 14.500/US$ Pekan Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 May 2022 08:15
Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menunjukkan kinerja yang buruk sepanjang mulai Mei. Melawan dolar Amerika Serikat (AS) rupiah nyaris tak pernah menguat. Beruntung, pada perdagangan Jumat (20/5/2022) rupiah akhirnya mampu mencatat penguatan, bahkan cukup tajam.

Melansir data Refinitiv, sepanjang pekan lalu melemah 0,27% ke Rp 14.650/US$, setelah sempat merosot hingga ke Rp 14.736/US$, terlemah sejak Oktober 2020.

Jika melihat ke belakangan, rupiah tidak pernah menguat semenjak pemerintah melarang ekspor minyak goreng, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya pada 29 April lalu.

Jumat lalu, rupiah akhirnya mampu menguat hingga 0,54% setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi)mengumumkan pembukaan kembali larangan ekspor produk minyak sawit termasuk minyak goreng dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

CPO merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar, sehingga ekspor yang kembali diizinkan memberikan dampak positif ke rupiah. Nilai ekspor CPO dan produk turunannya setiap bulannya mencapai US$ 2,5 miliar - 3 miliar.

Sementara itu di pekan ini, pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) akan menjadi penggerak utama rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega akan mengadakan Rapat Dewan Gubenur (RDG) pada 23 - 24 Mei mendatang, dan pelaku pasar menanti petunjuk kapan suku bunga akan dinaikkan. Sebab, bank sentral AS (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga, sehingga tekanan bagi BI untuk mengerek suku bunga cukup besar agar aset-aset dalam negeri tetap menarik.

Jika BI kali ini bersikap lebih hawkish, dengan mengindikasikan suku bunga akan dinaikkan di semester II, maka rupiah berpeluang menguat di pekan ini.

Secara teknikal setelah berkonsolidasi sejak awal tahun ini di kisaran Rp 14.240/US$ sampai Rp 14.400/US$, rupiah akhirnya melewati batas atas tersebut di akhir bulan lalu hingga terus mengalami pelemahan.

Rupiah pada Jumat (20/5/2022) mampu mencatat penguatan pertama di bulan ini setelah tertahan di dekat resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari level terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian berada di wilayah overbought.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Indikator stochastic yang berada di wilayah overbought tentunya membuka peluang penguatan rupiah.

Selama tertahan di bawah Rp 14.730/US$, rupiah berpeluang kembali menguat di pekan ini dengan support di kisaran Rp 14.600/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 14.520/US$ hingga Rp 14.490/US$ di pekan ini.

Sementara itu, resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.700/US$. Jika dilewati, rupiah sekali lagi akan menguji Rp 14.730/US$.

Rupiah berisiko merosot ke Rp 14.790/US$ - Rp 14.800/US$ di pekan ini jika resisten kuat tersebut ditembus.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular