Ramai Ajakan Boikot ke Singapura Gegara Kasus UAS, Ngaruh?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 May 2022 11:45
Patung Merlion, objek wisata populer di Singapura. (AP/Annabelle Liang)
Foto: Patung Merlion, objek wisata populer di Singapura. (AP/Annabelle Liang)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Ustadz Abdul Somad (UAS) mencuat dan viral semenjak dirinya ditolak masuk oleh otoritas Singapura. Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA) menyebut UAS menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, sehingga ia ditolak masuk ke wilayah negara Singapura.

Akibat ditolak masuk Singapura, UAS pun menyerukan untuk tidak lagi berbelanja ke negara kota tetangga RI tersebut.

"Hari ini kita barangkali tidak perlu gunakan uang kita untuk belanja ke Singapura, dananya bisa dialihkan untuk berwakaf bersama UAS," tulis UAS dalam unggahan akun Instagram yang dikutip CNN Indonesia pada Rabu (18/5/2022) lalu.

Sayangnya seruan UAS ini tidak begitu berdampak, buktinya nilai tukar dolar Singapura kembali melesat melawan rupiah pada perdagangan per Kamis (19/5/2022), hingga menembus ke atas Rp10.600/SG$.

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan salah satu pasar ekspor terbesar Singapura. Jika seruan UAS tersebut sampai berdampak pada boikot produk Singapura, tentunya akan memberikan dampak signifikan. Apalagi, pertumbuhan ekonomi Singapura sangat mengandalkan ekspor.

Rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai tinggi, maka pertumbuhan ekonomi mengekor.

Berdasarkan data dari Trading Economics, nilai ekspor Singapura ke Indonesia mencapai US$21,43 miliar sepanjang tahun 2020. Nilai ekspor tersebut menjadi yang terbesar kelima, di bawah China, Hong Kong, Amerika Serikat dan Malaysia.

Nilai ekspor tersebut meningkat menjadi US$28,8 miliar sepanjang 2021, berdasarkan data International Trade Center. Dari total nilai tersebut, ekspor terbesarnya yakni HS 27 yakni bahan bakar mineral, mineral minyak dan produk distilasinya. Nilainya mencapai US$6,8 miliar. Di urutan kedua, ada HS 85 yakin mesin listrik dan peralatannya dengan nilai US$6,6 miliar.

Kehebohan Singapura yang menolak UAS tersebut juga disorot media-media internasional, tetapi tidak berdampak pada nilai tukarnya. Pada Kamis (19/5/2022) pukul 11:45 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.608/SG$, melesat 0,56% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam satu bulan terakhir.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular