Jakarta, CNBC Indoensia - Kecenderungan perusahaan digital mengalokasikan banyak dana untuk mengakuisisi atau memelihara loyalitas nasabah atau pelanggan, yang dikenal dengan istilah bakar uang, menjadi sentimen negatif bagi banyak saham perusahaan teknologi yang tercatat di bursa.
Hal ini menjadi pelajaran penting bagi PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang bermimpi menjadi bank digital terbesar di Indonesia. Allo Bank tidak akan menggunakan cara tersebut, tetapi akan memberikan insentif berupa layanan menyeluruh bagi semua aspek kehidupan.
Chairman CT Corp, Chairul Tanjung menegaskan, Allo Bank yang didukung ekosistem yang besar harus segera mencetak keuntungan.
"Kami beda, bukan digital yang bakar duit, tapi cetak duit," ujar CT saat konferensi pers Grand Launching Allo Bank, Kamis (19/5/2022).
Target itu sejalan dengan strategi online to offline alias O2O dalam ekosistem Allo Bank. Strategi ini menurut CT, sapaan akrab Chairul Tanjung, adalah sebuah keniscayaan jika melihat perkembangan saat ini.
Sebab, selama tidak ada barang dan jasa, perusahaan online tidak ada keuntungan karena harus ambil barang dan jasa dari orang lain. Pada saat yang sama, ada perusahaan saingan yang bakar uang jadi harga lebih murah. Tapi, kalau ini dilakukan terus menerus akan merugi.
"Kalau nggak untung, pasar akan melakukan penghukuman kepada perusahaan digital," kata CT.
Optimisme perolehan keuntungan itu juga mempertimbangkan rekan bisnis yang ada di dalam ekosistem Allo Bank. Sejumlah nama besar ada di sini.
Selain PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), ada AlloFresh, Frab, Traveloka, Indogrosir, Superindo hingga Indomaret. Integrasi bisnis dari para mitra ditu ditargetkan bisa dimulai tahun ini.
CT juga mengatakan keunggulan dari menggunakan Allo Bank adalah bisa menyediakan semua kebutuhan dari aspek kehidupan masyarakat sehari-hari.
"Apa beda Allo Bank? Kalau bank pada umumnya hanya perbankan, Allo tidak hanya perbankan, tapi seluruh aktivitas kehidupan. Kalau dulu bank hanya mengelola uang nasabah, taruh deposito, taruh tabungan dan pinjam, Itu tradisional," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (19/5/2022).
Kini, perbankan bertransformasi hingga menjadi lebih modern, dengan mengelola aset. Jadi bukan hanya deposito dan tabungan, tapi juga saham, obligasi, rumah, properti, dan seterusnya.
"Perbankan masa depan mengelola hidup nasabah, dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Mulai dari dia lahir, sampai dia meninggal dunia, dilakukan aktivitas melalui Allo Bank dalam 1 genggaman," jelas CT.
CT mencontohkan, saat bangun tidur ada yang punya kebiasaan baca berita, mau baca berita bisa baca CNN, Detik, CNBC bisa di Allo Bank.
"Mau ngecek market bisa investasiku miliki mega kapital bisa di Allo Bank. Mau sarapan, (bisa pesan) coffee bean di Allo Bank," jelasnya.
Lalu setelah mandi mau berangkat ke kantor, bisa pesan Grab di Allo Bank karena Grab adalah business partner Allo Bank.
Setelah sampai kantor mau belanja di Transmart bisa lewat Allo Bank, mau kirim parfum buat pacar, bisa pesan dari Metro bisa dari Allo Bank.
"Jadi Allo Bank bertransformasi dari sebuah perbankan digital menjadi sebuah superapp, itulah yang akan dilakukan. Tapi jangan berpikir semudah membalik telapak tangan, ada proses tahap demi tahap. Seperti kehidupan dari bayi lahir hingga dewasa ada proses berkelanjutan," jelas CT.
CT menjelaskan dalam tiga tahun ke depan, cita-cita tadi sudah dalam 1 genggaman. Namun di saat besok mulai, semua ekosistem CT Corp akan mendukung dengan sangat luar biasa.
Salah satu rencana Allo Bank adalah, membangun ekosistem bisnis yang kuat bersama sejumlah mitra. Adapun mitra yang tergabung dalam ekosistem Allo Bank adalah sebagai berikut.
- PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
- AlloFresh
- Grab
- Traveloka
- Indogrosir
- Superindo
- Indomaret.
Ultimate Shareholder Allo Bank Chairul Tanjung mengatakan, ekosistem Allo Bank harus segera mencetak keuntungan. "Kami beda, bukan digital yang bakar duit, tapi cetak duit," ujarnya, Kamis (19/5/2022).
Target itu sejalan dengan strategi online to offline alias O2O dalam ekosistem Allo Bank. Strategi ini menurut CT, sapaan akrab Chairul Tanjung, adalah sebuah keniscayaan jika melihat perkembangan saat ini.
Sebab, selama tidak ada barang dan jasa, perusahan online tidak ada keuntungan karena harus ambil barang dan jasa dari orang lain. Pada saat yang sama, ada perusahaan saingan yang bakar uang jadi harga lebih murah. Tapi, kalau ini dilakukan terus menerus akan merugi.
"Kalau nggak untung, pasar akan melakukan penghukuman kepada perusahaan digital," kata CT.