
Pendapatan Naik 12%, Kok Laba Barito (BRPT) Malah Anjlok 79%?

Jakarta, CNBC Indonesia - PTÂ Barito Pacific (BRPT), emiten holding multi sektor milik taipan Prajogo Pangestu yang bergerak dalam bisnis kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, properti, perdagangan, energi terbarukan dan transportasi, mencatatkan penurunan kinerja laba hingga 79,41% pada kuartal pertama tahun ini.
Laba bersih BRPT akhir Maret 2022 tercatat sebesar US$ 9,35 juta atau setara dengan Rp 134,17 miliar, turun signifikan dari periode yang sama tahun sebelumnya sejumlah US$ 45,43 juta (Rp 650,63 miliar).
Penurunan laba bersih ini terjadi meskipun secara top line pendapatan perusahaan meningkat 11,98% menjadi US$ 813,44 juta (Rp 11,67 triliun) dari semula sejumlah US$ 726,36 juta (Rp 10,42 triliun) pada akhir Maret tahun lalu.
Penurunan laba ini salah satunya dipengaruhi oleh melonjaknya beban pokok pendapatan dan beban langsung perusahaan yang angkanya melonjak menjadi 83,83% dari total pendapatan di tahun 2022 ini, dari semula hanya sebesar 65,69% dari pendapatan tahun sebelumnya.
Beban kenaikan terbesar terjadi di sektor petrokimia yang nilai biaya pokok produksi (COGS) melonjak menjadi US$ 654,33 juta dari semula hanya sebesar US$ 452,42 juta.
Biaya pokok produksi yang membengkak merupakan dampak langsung yang ditanggung perusahaan akibat kenaikan harga minyak dan gas global yang terjadi sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Pembukaan kembali ekonomi dan pelonggaran pembatasan sosial membuat permintaan akan bahan baku petrokimia tersebut meningkat tajam secara cepat, dengan pemulihan produksi dari negara eksportir utama cenderung lebih lambat. Kondisi tersebut diperparah oleh ketegangan geopolitik di Eropa Timur yang semakin membuat ketat pasokan migas.
Dalam laporan keuangannya, BRPT mencatat bahwa "industri petrokimia dalam negeri tetap sangat terpengaruh oleh harga minyak mentah yang lebih tinggi dan situasi perang Rusia-Ukraina."
"Pendapatan Grup sangat bergantung pada penjualan barang-barang turunan/olahan petrokimia naphtha yang sangat dipengaruhi oleh harga petrokimia dunia. Di sisi lain, harga petrokimia dunia dapat berfluktuasi secara signifikan yang dipengaruhi terutama oleh harga minyak mentah Brent dan faktor permintaan dan penawaran," tulis laporan keuangan BRPT.
Ekuitas perusahaan tercatat senilai US$ 4,34 miliar, naik tipis 1,64% dari posisi akhir tahun lalu. Sementara itu aset dan liabilitas perusahaan di kuartal pertama tahun ini masing-masing tercatat relatif stagnan di angka US$ 9,31 miliar dan US$ 4,97 miliar.
Pada perdagangan sesi pertama Rabu (18/5) pagi ini, saham BRPT diperdagangkan stagnan di level Rp 825/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 77,34 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Star Energy Dikabarkan IPO, Begini Kata Bos Barito Pacific