Mayoritas Bursa Asia Cerah, Tapi Hang Seng-Shanghai Lesu Nih

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 18/05/2022 08:46 WIB
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam dengan mayoritas menghijau pada perdagangan Rabu (18/5/2022), meski ekonomi Jepang pada kuartal pertama tahun 2022 dilaporkan melambat.

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,61%, Straits Times Singapura bertambah 0,59%, ASX 200 Australia tumbuh 0,45%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 0,7%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka terkoreksi 0,17% dan Shanghai Composite China turun 0,13%.


Dari Jepang, ekonominya dilaporkan menyusut pada kuartal pertama tahun 2022. Percepatan inflasi dan lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron pada periode Januari-Maret berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Negeri Matahari Terbit tersebut.

Sebelumnya, data dari pemerintah setempat melaporkan PDB Jepang pada kuartal I-2022 turun menjadi 1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 sebesar 3,8%. Sedangkan secara kuartalan, PDB Jepang juga turun 0,2%, dari kuartal sebelumnya atau kuartal IV-2021 sebesar 0,9%.

Namun, hasil tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan perkiraan median penurunan kuartalan sebesar 0,3% dalam survei terhadap 36 ekonom oleh Pusat Penelitian Ekonomi Jepang. Jika efek inflasi dikecualikan, ekonomi Negeri Matahari Terbit bahkan akan tumbuh 0,2%.

Melansir Nikkei Asia, negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu tercatat mengalami kontraksi dalam tiga dari lima kuartal terakhir dan belum kembali ke tingkat sebelum pandemi.

Selama sebagian besar kuartal pertama, Jepang memberlakukan pembatasan ekonomi di sebagian besar negara sebagai upaya membendung gelombang terbesar infeksi Covid-19. Akibatnya, warga dilarang pergi berbelanja atau makan di luar yang menyebabkan penurunan tajam dalam konsumsi pribadi.

Sektor rumah tangga juga terpukul oleh kenaikan harga pangan dan energi yang berasal dari dampak perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari.

Jepang merupakan importir bersih pangan dan energi, sehingga inflasi komoditas yang terjadi menyebabkan impor tumbuh jauh lebih cepat daripada ekspor.

Untuk mengurangi dampak inflasi, pemerintahan Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida pada Selasa kemarin menyetujui program pengeluaran fiskal 2,7 triliun yen atau sekitar Rp 307 triliun.

Jumlah ini terdiri dari subsidi bensin dan pemberian uang tunai kepada keluarga berpenghasilan rendah. Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) juga melawan tren pengetatan global dengan menjaga biaya kredit pada level terendah untuk bisnis dan rumah tangga.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas menghijau terjadi setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) berhasil rebound pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS.

Indeks Dow Jones ditutup melesat 1,34% ke level 32.654,59, S&P 500 melejit 2,02% ke 4.088,85, dan Nasdaq terbang 2,76% ke posisi 11.984,52.

Lonjakan tersebut menandai upaya pasar untuk bangkit setelah berminggu-minggu mengalami penurunan tajam. Indeks S&P 500 keluar dari zona penurunan beruntun selama enam pekan yang menjadi penurunan terpanjang sejak 2011.

Sementara Dow Jones telah jatuh selama tujuh pekan beruntun dan menjadi penurunan secara mingguan terpanjang sejak 2001. Di sepanjang tahun ini, indeks S&P 500 dan Dow Jones masih anjlok yang masing-masing sebesar 14,21% dan 10,14% point-to-point. Nasdaq masih turun 23,40%.

"Yang lebih penting lagi, investor percaya diri setelah melihat aksi di pasar saham AS yang relatif normal dan membosankan dalam 3 hari beruntun, yang kontras jika dibandingkan dengan beberapa pekan terakhir," tulis Adam Crisafulli, analis Vital Knowledge, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Investor mencermati pernyataan ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Konferensi Wall Street Journal (WSJ) yang akan all out menurunkan inflasi.

Powell akan mendukung kenaikan suku bunga sampai inflasi turun ke tingkat yang sehat. Di sisi lain, penjualan ritel tercatat sesuai dengan ekspektasi pasar dengan menguat 0,9% pada April lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel