Dolar AS Stabil, Rupiah Gagal Menguat! Sentuh Rp 14.655/US$

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Selasa, 17/05/2022 11:58 WIB
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan hari ini, Selasa (17/5/2022). Indeks dolar AS bergerak stabil di dekat rekor tertingginya, sehingga terkoreksinya rupiah menjadi tidak terelakkan. Rupiah menyentuh level terendah sejak November 2020.

Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air di sesi awal perdagangan sempat menguat tipis 0,1% sebelum akhirnya terkoreksi 0,21% ke Rp 14.640/US$. Kemudian, pada pukul 11:00 WIB, rupiah kembali terkoreksi lebih dalam 0,31% ke Rp 14.655/US$.


Di sepanjang pekan lalu, rupiah telah terkoreksi 0,79% terhadap si greenback. Pada Jumat (13/5), rupiah berakhir di Rp 14.610/US$ yang menjadi level terendah sejak November 2020. Namun, hingga pertengahan hari ini, rupiah kembali terkoreksi lebih dalam dari performanya pada Jumat pekan lalu.

Indeks dolar AS terpantau melemah tipis 0,01% terhadap 6 mata uang dunia hari ini di level 104,177. Meski begitu, dolar AS bergerak stabil dan berada dekat dari rekor tertingginya pada Kamis (12/5) di level 104,85 yang menjadi level tertinggi sejak Desember 2002. Tidak heran, rupiah pun kembali terkoreksi.

Meski begitu, sentimen negatif kembali berhembus di Negeri Paman Sam. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS sempat menurun karena kekhawatiran akan perlambatan pada pertumbuhan global semakin meningkat setelah data ekonomi yang mengecewakan dari China dan penurunan tajam pada aktivitas pabrik di New York.

Sejak mencapai level tertinggi dalam tiga setengah tahun pada awal pekan lalu, yield obligasi tenor 10 tahun turun 5 basis poin ke 2,882% dan tenor 30 tahun bergerak sedikit lebih rendah ke 3,091%.

"Pergerakan harga di pasar obligasi, komoditas, dan mata uang menunjukkan kepada Anda tanda-tanda awal bahwa potensi kekhawatiran tentang pertumbuhan di masa depan mulai menjadi pendorong yang lebih dominan," tutur Huw Roberts Direktur Analitik di Quant Insight London yang dikutip dari Reuters.

Angka aktivitas pabrik di New York merosot di Mei untuk kedua kalinya di tahun ini karena penurunan pada pesanan dan pengiriman. Sehingga, indeks kondisi bisnis saat ini jatuh dari 36,2 ke -11,6, angka di bawah nol menandakan kontraksi di sektor manufaktur New York.

Investor global hari ini masih menunggu rilis data ekonomi penjualan ritel dan angka produksi industri yang keduanya dijadwalkan akan dirilis pagi hari ini waktu setempat.

Pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF), indikasi pelemahan rupiah akan tetap bertahan hari ini, ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Jumat (13/5).

Periode

Kurs Jumat (13/5) pukul 15:03 WIB

Kurs Selasa (17/5) pukul 11:03 WIB

1 Pekan

Rp14.616,2

Rp14.649,4

1 Bulan

Rp14.654,1

Rp14.689,4

2 Bulan

Rp14.690,3

Rp14.729,2

3 Bulan

Rp14.732,6

Rp14.771,5

6 Bulan

Rp14.861,7

Rp14.901,3

9 Bulan

Rp14.959,0

Rp15.025,8

1 Tahun

Rp15.090,6

Rp15.141,2

2 Tahun

Rp15.532,0

Rp15.684,6

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London, dan seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS