Rp 19 Triliun Lenyap, Rupiah Terlemah Dalam 1,5 Tahun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah lagi-lagi terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (13/5/2022). Dengan demikian, sepanjang pekan ini rupiah tidak pernah menguat melawan dolar AS.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan, kemudian sempat menguat tipis 0,03% sebelum berbalik melemah 0,21% ke Rp 14.625/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam satu setengah tahun terakhir, tepatnya sejak 3 November 2020.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.610/US$ di pasar spot.
Capital outflow yang terjadi dari dalam negeri membuat rupiah tertekan. Net sell investor asing di pasar saham hari ini tercatat lebih dari Rp 1,3 triliun di pasar reguler, ditambah pasar nego dan tunai nilainya menjadi lebih dari Rp 2,2 triliun. Dengan demikian dalam 5 hari total capital outflow mencapai Rp 9 triliun di semua pasar.
Aliran dana asing yang keluar bahkan lebih deras lagi di pasar obligasi sekunder. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan dalam 3 hari perdagangan saja pada 9 - 11 Mei, duit yang terbang dari pasar obligasi sudah lebih dari 10 triliun.
Besarnya capital outflow tersebut menyusul Rp 20 triliun yang terjadi sepanjang bulan April.
Capital outflow dari pasar saham dan obligasi tersebut di pekan ini lebih dari Rp 19 triliun yang membuat rupiah kehabisan tenaga melawan dolar AS.
Meski demikian, pelemahan rupiah di pekan dikatakan layak diapresiasi, sebab tidak terlalu besar.
"Rupiah harus diapresiasi, biasanya risk off global itu membuat rupiah kita sangat tertekan tapi kali ini tidak separah itu," ungkap Heriyanto Irawan, Ekonom Verdhana Sekuritas dalam webinar, Jumat (13/5/2022).
Menurut Heriyanto, alasan cukup tangguhnya rupiah adalah investor menilai fundamental ekonomi Indonesia kini bagus. Terlihat dari pemulihan ekonomi yang berlanjut, inflasi terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah dan kebijakan fiskal serta moneter yang kredibel. Investor pun tidak mengangkut dana banyak keluar.
"Investor lokal dan asing cukup apresiasi terhadap Indonesia," imbuhnya.
Di sisi lain, lonjakan harga komoditas membuat ekspor Indonesia meningkat. Maka dari itu pasokan dolar AS di dalam negeri masih cukup. Heriyanto memandang pelemahan nilai tukar bersifat sementara.
"Kami berharap ini seketika karena masalahnya global bukan fundamental," tegas Heriyanto.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cadangan Devisa Jeblok dan Bisa Makin Merosot
(pap/pap)