
Saham Apple Rontok 9%, Pertanda Buruk Buat Pasar Saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham Apple Inc telah turun 9,36% point-to-point (ptp) dalam minggu ini. Nilai pasar Apple pun menguap hingga US$ 200 miliar dan membuatnya bukan lagi sebagai perusahaan paling berharga di dunia.
Kejatuhan Apple turut menyeret turun Wall Street. Indeks Dow Jones telah turun 3,55% point-to-point (ptp). Sementara indeks Nasdaq anjlok 5,94% ptp.
![]() Pergerakan Dow Jones, Nasdaq, dan Apple |
Saham Apple telah jatuh di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), melemahnya kepercayaan konsumen, meningkatnya inflasi dan tantangan rantai pasokan global.
Pelemahan saham Apple bisa jadi pertanda buruk bagi pasar ekuitas. Sebab produsen Iphone tersebut dipandang jadi 'safe haven' bagi investor untuk memarkir modalnya.
"Bahwa dalam pasar yang bearish, tidak ada tempat untuk bersembunyi - dan itu termasuk Apple," kata Jeff DeGraff dari Renaissance Macro Research, mengutip CNBC Internasional, Kamis (12/5/2022).
"Untuk teknologi, ketika mereka mulai mengambil alih kepemimpinan dalam teknologi, itu pertanda lebih baik bahwa mereka mulai mengambil segalanya," tambah DeGraff.
Saham-saham teknologi ini seharusnya membuat 'tidur tenang di malam hari' selama gejolak pasar, kata Bank of America.
Salah satu pendiri Datatrek, Nick Colas, mengatakan penjualan saham Apple akan terus berlanjut karena aksi jual yang perlu beberapa waktu.
"Bukan karena kami tahu apa-apa tentang pengiriman iPhone atau pendapatan layanan kuartal ini, tetapi karena kami percaya bahwa begitu investor mulai menjual nama-nama terbaik, mereka jarang dilakukan dalam satu hari," ujar Nick.
Apple masih memiliki arus kas yang luar biasa, yang memungkinkannya bertahan dari perlambatan dan mengembalikan keuntungan kepada pemegang saham. Perusahaan memiliki arus kas operasi sebesar US$ 28 miliar pada kuartal I-2022 sedangkan total penjualan sebesar US$ 97,3 miliar.
Apple telah menghabiskan US$ 27 miliar selama kuartal I-2022 untuk membeli kembali sahamnya sendiri (buyback) dan membayar dividen.
Kepercayaan konsumen yang melemah belum mulai merusak penjualan iPhone. Setiap lini bisnis perusahaan tumbuh kecuali iPad karena kekurangan chip.
Melansir CNBC Internasional, CEO Tim Cook saat ditanya tentang dampak kondisi ekonomi makro dan inflasi pada bisnisnya, dia mengatakan masalah perusahaan yang lebih besar adalah membuat iPhone dan Mac yang cukup untuk memenuhi permintaan global. Bukan penurunan permintaan.
"Saat ini, fokus utama kami, sejujurnya, ada di sisi pasokan," kata Cook.
Apa yang terjadi jika Apple terkena dampak ekonomi makro? Apple diyakini masih akan tetap jadi perusahaan dengan merek ternama secara global dengan margin keuntungan premium.
Toko-toko Apple pun masih akan berdiri di pusat perbelanjaan utama dengan koleksi premiumnya, di mana masih akan menarik konsumen kelas atas di seluruh dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Bergerak Mixed di Hari Terakhir Transaksi Januari