Dow Futures Bergerak Mixed di Hari Terakhir Transaksi Januari

Annisa Aflaha & Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
31 January 2022 19:13
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) cenderung mixed pada perdagangan Senin (31/1/2022), di mana investor bersiap untuk hari terakhir perdagangan bulan Januari.

Kontrak futures indeks saham Dow Jones cenderung melemah sebanyak 99 poin (-0,3%), kontrak serupa indeks S&P 500 cenderung flat sementara Nasdaq masih terhitung naik 0,5%.

Pergerakan ini terjadi jelang pekan penting untuk rilis data ekonomi dan beberapa laporan kinerja keuangan dari perusahaan-perusahaan teknologi besar di pasar.

Pada Jumat nanti (4/2/2022) data upah Desember akan dirilis, di mana Gedung Putih mengingatkan bahwa penyebaran Omicron akan menyentuh titik tertinggi sejak akhir tahun lalu. Polling analis oleh Dow Jones memperkirakan ada 178.000 slip gaji baru yang dirilis, dengan angka pengangguran bertahan di 3,9%.

Januari menjadi bulan yang suram bagi saham-saham. Indeks S&P 500 mengalami bulan terburuk dan membuat pasar bergejolak yang dipicu oleh pandemi pada Maret 2020 karena investor khawatir tentang inflasi, krisis pasokan dan kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks S&P 500 berada di zona koreksi, turun lebih dari 8% dari nilai tertinggi harian di bulan sebelumnya, dan melemah 7% di sepanjang bulan Januari. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga mengalami masa terburuknya sejak Maret 2020, dengan anjlok 4,4% di bulan ini.

Indeks Nasdaq turun sebanyak 15% dari nilai rekornya di November. Bulan ini menjadi bulan terburuknya sejak Oktober 2008 dengan koreksi 12% sepanjang bulan berjalan. Sementara itu, indeks Russel 2000 berada di situasi bearish (kondisi pasar saham di mana harga saham sedang mengalami tren melemah atau turun).

Pekan lalu, The Fed mengindikasikan untuk menaikkan suku bunga acuan pertama kali dalam kurun 3 tahun untuk menekan angka inflasi. Dow Jones pun volatil, dengan berayun 1.000 poin naik dan turun meski kemudian berakhir naik 1,3%. Indeks S&P 500 menguat 0,8% sepanjang pekan lalu dan Nasdaq cenderung bergerak stagnan.

Musim rilis laporan keuangan pada pekan ini berasal dari Alphabet (induk usaha Google), Starbucks, Meta Platforms (induk usaha Facebook), dan Amazon. Sepertiga konstituen indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan kuartal IV-2021 dan sebanyak 77% telah melampaui ekspektasi, jika mengacu kepada FactSet.

"Pekan ini, akan terlihat apakah koreksi yang dalam akan terjadi atau apakah pekan lalu menjadi nilai terendah harian yang menjadi tantangan dan hambatan. Semakin lama indeks S&P bertahan di atas nilai terendah di pekan lalu, atau bergerak naik, semakin pasar akan merasa tenang kembali dan faktor fundamental akan mulai mendominasi pergerakan pasar," tutur Direktur Perencanaan Investasi Leuthold Group Jim Paulsen dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Nasdaq Pecah Rekor, Wall Street Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular