Saham Bank Jago Longsor ke Bawah Rp 10 Ribu, Gimana Nih?

Putra, CNBC Indonesia
13 May 2022 08:45
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham pionir bank digital yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) merosot tajam sejak awal tahun.

Bahkan sejak Rabu (11/5/2022), harga saham ARTO sudah turun ke bawah level psikologis Rp 10.000/unit. Padahal di tahun 2022 ini, harga saham ARTO sempat mencapai ke level all time high di Rp 19.500/unit.

Artinya sejak awal tahun, nilai kapitalisasi pasar ARTO sudah tergerus 45,31%. Pada perdagangan kemarin, saham ARTO ditutup dengan koreksi 6,9% menyentuh auto reject bawah (ARB) di Rp 8.750/unit.

Namun apa sebenarnya penyebab dari penurunan harga saham ARTO yang pada tahun 2020 dan 2021 memberikan return gila-gilaan? Masihkah saham ARTO layak untuk dikoleksi?

Tirta Citradi, ekonom sekaligus analis perbankan MNC Sekuritas menjelaskan bahwa penurunan harga saham ARTO sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen.

"Ya, tahun 2022 memang cukup challenging ya dari kondisi global macro. Kita juga lihat ada rotasi ke sektor-sektor yang lagging, bank-bank besar sukses mencetak kinerja keuangan yang mengesankan. Ini tanda ekonomi berada dalam fase pemulihan, sehingga banyak dana yang masuk ke bank-bank blue chip"

Terkait ARTO, Tirta menambahkan. Aksi korporasi sudah selesai dilaksanakan di 2020 dan 2021. Kini tinggal emiten unjuk gigi untuk membuktikan model bisnisnya kepada pemegang saham.

Tirta juga memberikan pandangan bahwa sebenarnya kinerja ARTO tidak masalah. Hal ini dibuktikan dengan penyaluran kredit yang masih tumbuh dan kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Asal tahu saja, ARTO berhasil membukukan laba bersih Rp 19 miliar di kuartal I-2022. Bottom line ARTO berbalik dari rugi menjadi untung.

"Salah satu yang mencolok dari Bank Jago ini adalah bagaimana mereka mengelola aset-aset produktifnya. Loan yield ARTO 1Q22 tembus 18,1%. Sedangkan NPL masih sangat rendah 1,5%. Cost of Fund (CoF) juga bisa dijaga di kisaran 3%. NIM sampai 11,1%. Ini impresif" tutur Tirta kepada CNBC Indonesia saat dihubungi pada Kamis (12/5).

Analis MNC Sekuritas tersebut juga menambahkan kalau model bisnis ARTO ini sangat efisien. "Sebagai digital bank yang mengusung konsep branchless banking, biaya operasional akan lebih rendah dari bank-bank konvensional. Overhead Cost bisa minim sehingga rasio biaya terhadap pendapatan CIR juga rendah" lanjut Tirta.

"Dengan aset-aset produktif yang berimbal hasil tinggi tapi risiko rendah, efisiensi operasional, ARTO ini bakal punya ROE yang premium. Strategi perusahaan untuk membentuk dan mengintegrasikan ekosistem dengan GoTo juga memberikan peluang monetisasi yang besar" papar Tirta.

Analis berpandangan bahwa tidak ada hal yang salah dengan kinerja maupun model bisnis ARTO. Apalagi dibeking oleh manajemen yang sudah punya track record.

Saat ditanya soal apakah harga saham ARTO sudah kemahalan, Tirta memberikan jawaban yang menarik.

"Kalau soal valuasi, kami melihat nilai intrinsik Bank Jago ada di Rp 16.000/saham. Model bisnis bank digital memang baru ya. Namun bagaimanapun juga bank tetaplah bank yang mengelola aset dan liabilitas dengan prinsip sound risk manajemen penuh kehati-hatian." pungkas Tirta.

Dalam dokumen laporan riset yang diterima CNBC Indonesia, Tirta juga menulis bahwa ARTO merupakan bank digital yang paling cepat untung. Hanya butuh waktu 2 kuartal saja sejak beroperasi dan melakukan aksi 'bersih-bersih' portofolio lama ARTO sudah mencatatkan pertumbuhan signifikan dan tercatat di laba.

Hal tersebut berbeda dengan saham-saham bank digital yang ada di AS dan Eropa yang sudah beroperasi tahunan tetapi masih membukukan rugi bersih.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular