
Anjlok 4 Hari, Begini Ramalan Nasib IHSG Jelang Long Weekend!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan kemarin (12/5) dengan koreksi signifikan mencapai 3,17%.
IHSG ditutup di level 6.599,84. Sejak awal perdagangan IHSG memang sudah terkoreksi. Pelemahan IHSG terus berlanjut hingga terlempar dari level psikologis 6.800 dan 6.700. Asing terpantau net sell sebesar Rp 705 miliar di pasar reguler.
Mayoritas bursa saham kawasan Asia juga mengalami pelemahan yang tajam. Hanya indeks Shang Hai Composite yang sebelumnya bergerak di zona hijau pun akhirnya terkoreksi juga.
Indeks Harga Konsumen (IHK) April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel tumbuh 2,6% secara bulanan dan 9,3% secara tahunan pada Maret 2022.
Berdasarkan hasil survei penjualan eceran (SPE), responden memperkirakan penjualan ritel akan tumbuh 6,8% dibanding bulan Maret 2022 seiring dengan adanya momentum puasa Ramadan.
Namun rilis data ekonomi domestik yang bagus tersebut tidak mampu menjadi katalis positif untuk IHSG. Harap maklum karena sentimen eksternal memang masih dominan.
Untuk melihat arah pergerakan IHSG hari ini, simak ulasan teknikal berikut
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG terakhir dan indikator BB, tampak bahwa indeks ditutup di batas bawah BB. Pola candle yang terbentuk juga mengisyaratkan adanya tekanan jual yang besar.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Berdasarkan indikator RSI, IHSG sudah berada di area jenuh jualnya akibat tekanan jual yang kuat. Indikator lain yaitu Moving Averag Convergence Divergence (MACD) juga mencerminkan tren divergensi (pelebaran) garis EMA 12 dan EMA 26 yang mencerminkan indeks sedang berada di fase downtrend tajam.
Untuk perdagangan hari ini, setidaknya IHSG akan menguji level 6.500-6.600 terlebih dulu. Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000