
Simak Kabar Yield SBN RI, Ada yang Naik 39,2 basis poin

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis (12/5/2022), meski imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) terus mengalami penurunan.
Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN tenor 10 tahun yang diburu oleh investor ditandai dengan melemahnya yield dan menguatnya harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik melemah 2 basis poin (bp) ke level 7,399%, sejalan dengan pergerakan yield obligasi pemerintah AS dengan tenor yang sama.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Meski pasar saham global dan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) cenderung kembali menurun, tetapi yield SBN masih mengalami kenaikan pada hari ini.
Dari AS, yield US Treasury cenderung kembali melemah pada hari ini, setelah dirilisnya data inflasi Negeri Paman Sam yang masih cukup tinggi pada periode April 2022.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun melemah 7,2 bp ke level 2,841%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu kemarin di level 2,913%.
Inflasi Negeri Paman Sam dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada bulan lalu mencapai 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonom dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret 2022 yang tercatat sebesar 8,5%.
Sedangkan inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspektasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercatat sebesar 0,3% sedangkan inflasi inti sebesar 0,6%.
Kenaikan inflasi yang sangat tinggi membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang sebelumnya bersikap dovish, kini menjadi hawkish, di mana ke depannya the Fed makin 'galak' dalam menentukan kebijakan moneternya dalam upaya untuk menurunkan inflasi.
Selang beberapa menit setelah dirilisnya inflasi AS, yield Treasury tenor 10 tahun sempat kembali melewati kisaran level 3%. Namun sejak Rabu malam waktu AS atau Kamis pagi hari ini waktu Indonesia, yield Treasury tenor 10 tahun kembali melandai ke kisaran level 2,8%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi