Tekanan Jual Meningkat, Waspadai IHSG Bisa Jebol ke 6.626
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi I dengan koreksi lebih dari 2%. IHSG terlempar dari level psikologis 6.800 dan terkoreksi 2,12%. Penurunan ini membuat IHSG anjlok ke level 6.671,52 hingga sesi istirahat siang perdagangan Kamis (12/5/2022).
Indeks konsisten bergerak di zona merah sejak perdagangan dibuka. Asing pun net sell Rp 320 miliar di pasar reguler.
Mayoritas bursa saham kawasan Asia juga mengalami pelemahan yang tajam. Hanya indeks Shanghai Composite saja yang berhasil selamat dari koreksi dan terapresiasi 0,14%.
Semalam Wall Street kembali ditutup dengan koreksi setelah rilis data inflasi AS bulan April 2022. Indeks S&P 500 serta Dow Jones ambles masing-masing sebesar 1,65% dan 1,02%. Sementara itu Nasdaq Composite anjlok 3,18%.
Indeks Harga Konsumen (IHK) April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel tumbuh 2,6% secara bulanan dan 9,3% secara tahunan pada Maret 2022.
Berdasarkan hasil survei penjualan eceran (SPE), responden memperkirakan penjualan ritel akan tumbuh 6,8% dibanding bulan Maret 2022 seiring dengan adanya momentum puasa Ramadan.
Namun rilis data ekonomi domestik yang bagus tersebut tidak mampu menjadi katalis positif untuk IHSG. Harap maklum karena sentimen eksternal memang masih dominan.
Untuk melihat arah pergerakan IHSG di sesi II, simak ulasan teknikal berikut ini.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG sesi I dan indikator BB, tampak bahwa indeks mengalami tekanan yang luar biasa. Indeks juga terus bergerak mendekati level support terdekatnya.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Memang RSI kembali menunjukkan pergerakan di area oversold-nya. Namun jika menggunakan indikator teknikal lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 bergerak turun dan memotong garis EMA 26 yang mensinyalkan pergerakan downtrend.
Untuk sesi II, IHSG berpeluang menguji level support di 6.626 terlebih dahulu. Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)