Inflasi AS & Kejatuhan Dua Token Terra Buat Bitcoin cs Ambruk

chd, CNBC Indonesia
12 May 2022 10:04
Ilustrasi Bitcoin  (Photo by Executium on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Bitcoin (Photo by Executium on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kripto utama kembali berjatuhan pada perdagangan Kamis (12/5/2022), mengikuti pergerakan pasar saham global yang juga kembali ambruk setelah perilisan inflasi Amerika Serikat (AS) pada April lalu.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, Bitcoin ambruk 5,16% ke level harga US$ 29.253,65/koin atau setara dengan Rp 424.909.266/koin (asumsi kurs Rp 14.525/US$), Ethereum longsor 10,28% ke level US$ 2.101,08/koin atau Rp 30.518.187/koin.

Berikutnya BNB terjatuh 14,13% ke US$ 272,31/koin (Rp 3.955.303/koin), XRP ambruk hingga 19,56% ke US$ 0,4112/koin (Rp 5.973/koin), Cardano ambrol hingga 16,54% ke US$ 0,5151/koin (Rp 7.482/koin), Solana tergelincir parah 24,89% ke US$ 49,46/koin (Rp 718.407/koin), dan Dogecoin ambles hingga 19,48% ke US$ 0,087/koin (Rp 1.260/koin).

Sedangkan untuk dua stablecoin yakni USD Coin dan Binance Coin masih menguat tipis pada hari ini. Hanya stablecoin Tether yang melemah.

Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.

Kripto

Kondisi global yang masih dilanda ketidakpastian membuat aset berisiko seperti kripto dan saham pun masih dilanda aksi jual investor yang cukup besar. Bitcoin dan kripto utama lainnya pun kini cenderung sulit untuk bangkit. Hal sama juga terjadi di pasar saham, utamanya saham-saham teknologi.

Sentimen pasar global masih cenderung mengarah negatif, apalagi setelah dirilisnya inflasi AS pada periode April 2022, meski inflasi tersebut sedikit melandai.

Sebelumnya, inflasi Negeri Paman Sam dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada bulan lalu mencapai 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonom dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret 2022 yang tercatat sebesar 8,5%.

Sedangkan inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspktasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercatat sebesar 0,3% sedangkan inflasi inti sebesar 0,6%.

Inflasi memang masih menjadi risiko utama ekonomi AS. Kenaikan inflasi yang mencapai level tertingginya dalam lebih dari 4 dekade terakhir diyakini berdampak ke semua elemen masyarakat.

Tidak hanya masyarakat kalangan bawah saja yang menderita karena tingginya harga barang dan jasa di AS. Orang-orang kaya di AS juga ikut terdampak, terutama mereka yang memiliki portofolio saham-saham teknologi dan kripto

Kenaikan inflasi yang sangat tinggi membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang sebelumnya rajin menebar uang mendadak menjadi sangat agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.

Suku bunga acuan diramal bakal dinaikkan sampai lebih dari 5 kali pada tahun ini. Alhasil, aset-aset yang tergolong dalam growth stock berguguran termasuk aset kripto. Kekayaan para crazy rich baik dari saham teknologi maupun aset kripto pun menguap.

Kenaikan harga telah menjadi perhatian utama, terutama karena The Fed menaikkan suku bunga acuan dan memangkas neraca untuk mengatasi inflasi.

Menyusul rilis inflasi tersebut, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menjadi acuan di pasar sempat kembali menguat melewati level psikologis 3%.

Namun pada pukul 21:30 malam waktu AS atau pukul 08:30 WIB hari ini, yield Treasury tenor 10 tahun kembali melandai ke kisaran level 2,8%.

Selain karena sentimen negatif dari inflasi AS, kontroversial dari dua aset kripto yang dikembangkan oleh perusahaan Singapura milik Don Kwon yakni Terra (LUNA) dan TerraUSD (UST) juga turut memperberat kinerja Bitcoin pada hari ini.

Token LUNA pun ambruk parah hingga ke kisaran 70 sen dolar AS. Padahal pada Senin awal pekan ini, harganya masih di kisaran US$ 59 per keping.

Kejatuhan token LUNA ini terkait dengan kejatuhan harga token UST yang merupakan salah satu token stablecoin.

UST adalah proyek stablecoin yang dikaitkan dengan nilai tukar dolar AS. Token ini menawarkan peyimpanan nilai yang lebih baik untuk menghindari jenis volatilitas mata uang kripto.

UST dikenalkan sebagai stablecoin 'algoritmik', menggunakan sistem pencetakan dan pembakaran token yang kompleks untuk menyesuaikan pasokan dan menstabilkan harga.

Pengembangkan menawarkan target satu koin setara US$1. Sayangnya, proyek ini tidak memiliki aset dasar. Ini membuat harganya turun di bawah target.

Pada perdagangan Rabu (11/5/2022), harga UST sempat anjlok ke 26 sen dolar AS. Tetapi kini sudah naik kembali ke 80 sen dolar AS. Tetapi masih tetap di bawah target. Masalah ini telah menyeret jatuh harga LUNA.

Do Kwon telah mengumpulkan Bitcoin senilai miliaran dolar melalui Luna Foundation Guard miliknya untuk mendukung UST di saat krisis.

Namun, kekhawatiran investor saat ini adalah Luna Foundation Guard berpotensi membuang Bitcoin tersebut ke pasar, menghasilkan penjualan yang lebih besar. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa kejatuhan dua token Terra tersebut berimbas ke Bitcoin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Crypto Crash! Bitcoin Cs Babak Belur, Ada Apa Ini?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular