BI Siap Sesuaikan Bunga Acuan, Apa Dampaknya?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
11 May 2022 14:25
BI, Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: BI, Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sinyal Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 day reverse repo rate semakin kuat. Apalagi Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja melaporkan adanya lonjakan inflasi April 2022.

Inflasi April 2022 tercatat sebesar 0,95% (mtm) atau 3,47% (yoy). Komponen harga bergejolak (volatile food/VF) menjadi penyumbang utama inflasi April dengan andil 0,39% dan mengalami inflasi sebesar 2,30% (mtm) didorong oleh peningkatan harga al. minyak goreng, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

Komponen inflasi harga diatur Pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 1,83% (mtm), 4,83% (yoy) disebabkan adanya kenaikan bensin jenis pertamax dan tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 0,36% (mtm) atau 2,60% (yoy).

"BI terus memonitor resiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia.

Bila kemudian suku bunga naik, apa dampaknya?

Ekonom Bank BCA David Sumual menjelaskan kenaikan suku bunga acuan dari level sekarang 3,5% akan memberikan jangkar terhadap inflasi agar tidak semakin liar. Tingginya ketidakpastian global memungkinkan inflasi tinggi masih akan terus berlanjut pasca Lebaran.

"Ini untuk menjangkar ekspektasi agar tidak liar," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Pada sisi lain, kenaikan suku bunga acuan akan menjadi daya tarik bagi investor dalam penempatan dananya. Diketahui kenaikan suku bunga acuan AS mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, sehingga menarik modal dari negara berkembang seperti Indonesia.

"Jadi akan lebih atraktif juga buat rupiah," imbuhnya.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz. Posisi rupiah terancam ke depannya, apalagi Bank Sentral AS berencana menaikkan suku bunga acuan ke depannya.

"Kemudian jika The Fed menjadi semakin agresif BI perlu melakukan penyesuaian suku bunga acuan juga agar disparitas antara imbal hasil aset domestik dengan AS tidak terlalu jauh," kata Irman.

Hanya saja, kenaikan suku bunga acuan juga akan berdampak negatif terhadap perekonomian yang baru saja pulih ini. Paling dekat, bank-bank akan merespons dengan menaikkan bunga kredit. BI harus berhati-hati dalam pengambilan kebijakan.

"Investor berharap BI dapat menyesuaikan tingkat bunga moneter yang lebih atraktif walaupun di sisi lain BI juga harus tetap menjaga pemulihan ekonomi domestik," kata Ekonom Maybank Myrdal Gunarto.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Tahan Bunga Acuan di 3,5%, Genap 10 Bulan Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular