
Breaking News: Harga Minyak Anjlok ke Bawah US$ 100/Barel

"Pasar minyak sedang volatil akhir-akhir ini. Uni Eropa belum juga memutuskan apakah mereka akan mengembargo minyak Rusia atau tidak. Pasar belum punya petunjuk," kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC, seperti dikutip dari Reuters.
Pekan lalu, pasar dihebohkan dengan rencana Uni Eropa untuk 'mengharamkan' minyak dari Rusia. Kebijakan tersebut disebut-sebut akan masuk ke paket terbaru sanksi buat Negeri Beruang Merah karena serangannya ke Ukraina.
Namun hingga kini belum ada kejelasan lebih lanjut. Sebab, sanksi embargo minyak Rusia harus disepakati secara aklamasi. Namun masih ada negara yang menolak, misalya Hungaria.
Selain itu, faktor lain yang membebani harga minyak adalah prospek perlambatan ekonomi dunia. Pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral di berbagai negara dan karantina wilayah (lockdown) akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di China sangat berisiko membuat ekonomi global sulit tumbuh tinggi. Akibatnya, permintaan minyak akan ikut tertahan.
"Kombinasi antara lockdown di China dan kenaikan suku bunga di berbagai negara untuk memerangi inflasi meningkatkan kecemasan akan perlambatan pertumbuhan ekonomi," tutur Tamas Varga, Broker di PVM Oil Associates, seperti diberitakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)