Kena Prank IHSG, Harta Duo Hartono Lenyap Rp 37 Triliun
Jakarta, CNBC Indonesia - Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi yang tajam pada perdagangan Senin (9/5/2022), banyak kekayaan konglomerat Tanah Air susut. Salah satunya adalah dua bersaudara Budi dan Michael Hartono.
IHSG ditutup ambles 4.4% dan berada di level 6.909,75 mengawali perdagangan awal Mei 2022. Di saat IHSG ambruk, beberapa saham yang terafiliasi dengan Grup Djarum juga ambles.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditutup terkoreksi 6,5% di harga Rp 7.600/unit. Artinya dalam satu hari, nilai kapitalisasi pasar BBCA susut Rp 64,05 triliun.
Grup Djarum mengempit saham BBCA sebesar 54,94% melalui PT Dwimuria Investama Andalan. Dengan begitu kekayaan duo Hartono telah susut kurang lebih Rp 35,2 triliun.
Selanjutnya ada saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) yang mengoperasikan ritel dengan brand Ranch Market. RANC resmi diakuisisi oleh PT Global Digital Niaga (Blibli) yang dibekingi oleh Grup Djarum tahun lalu.
Setelah diakuisisi, Blibli resmi mengempit saham RANC sebanyak 70,56%. Kemarin harga saham RANC turun 6,2% dan ditutup di Rp 1.430/unit. Nilai kapitalisasi pasarnya pun susut Rp 152 miliar dalam sehari.
Selain BBCA dan RANC, emiten saham lain yang juga terafiliasi dengan Grup Djarum adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Sebagai informasi, sebanyak 54,42% saham TOWR dikuasai oleh PT Sapta Adhikari Investama (SAI). Organisasi induk SAI adalah PT Tricipta Mandhala Gumilang yang menginduk pada Grup Djarum.
Saham emiten menara telekomunikasi dengan kapitalisasi pasar Rp 51,5 triliun ini kemarin harganya anjlok 4% dan ditutup di Rp 970/unit. Koreksi ini menyebabkan market cap TOWR drop 2,04 triliun.
Sementara itu saham emiten anak usahanya yaitu PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) ditutup stagnan di Rp 49.900/unit.
Berdasarkan kalkulasi majalah bisnis Forbes yang melacak nilai kekayaan para crazy rich di dunia, total kekayaan Hartono bersaudara turun 5,76% pada Senin (9/5/2022).
Harta Budi dan Michael Hartono anjlok masing-masing US$ 1,3 miliar. Dengan asumsi kurs Rp 14.500/US$, maka nilai tersebut setara dengan Rp 37,7 triliun. Tentu saja ini merupakan angka yang fantastis mengingat penurunannya hanya terjadi dalam 1 hari.
Salah satu faktor utama pemicu longsornya IHSG pada perdagangan kemarin adalah indeks yang sudah melesat tinggi dan memasuki libur panjang sehingga terjadi jet lag.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)