Pasar RI Dilanda Aksi Jual! Rp 2,5 T Menguap, Rupiah Jeblok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 09/05/2022 15:21 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengawali perdagangan Senin (9/5/2022) dengan menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS). Namun, penguatan tersebut hanya beberapa menit saja, rupiah setelahnya berbalik ke zona merah dan akhirnya terpuruk.

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.555/US$, melemah 0,41% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam nyaris 10 bulan terakhir.

Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia rontok. Rupiah meski penurunannya tajam tetapi menjadi salah satu yang terkecil di Asia. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:08 WIB. 


Aksi jual memang sedang melanda pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih lebih dari Rp 2,5 triliun di pasar reguler, membuat IHSG jeblok hingga 4,4%.  

Selain aksi jual, rupiah memang sulit untuk menguat usai libur Hari Raya Idul Fitri selama lebih dari sepekan. Saat pasar keuangan Indonesia sedang libur, bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 0,75% - 1%. Tidak hanya itu, dalam beberapa pertemuan di sisa tahun ini, The Fed akan kembali menaikkan suku bunga 50 basis poin.

Alhasil, indeks dolar AS pun melesat begitu juga dengan yield obligasi AS (Treasury).

Sepanjang pekan lalu, indeks dolar AS tercatat menguat 0,68% dan hari ini naik lagi sekitar 0,4% ke 104,1 yang merupakan level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Kemudian yield Treasury tenor 10 tahun pada pekan lalu naik 20 basis poin ke 3,142%, tertinggi sejak November 2018.

Kenaikan yield tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia. Hal ini terlihat dari yield Surat Berharga Negara (SNB) tenor 10 tahun yang naik 15,8 basis poin ke 7,156%. Pergerakan yield Treasury berbanding terbalik dengan harga, ketika yield naik artinya harga turun. Saat harga turun artinya terjadi aksi jual yang kemungkinan ada capital outflow, dan tentunya memberikan sentimen negatif ke rupiah.

Dari dalam negeri, Sedangkan pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022. Hasilnya memuaskan, ekonomi Tanah Air tumbuh cukup tinggi.

Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal I-2022 adalah Rp 4.513 triliun. Tumbuh 5,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB Ibu Pertiwi tumbuh 5,05% pada kuartal I-2022. Sedangkan konsensus versi Reuters ada di angka 5%.
Selain itu, BPS juga melaporkan inflasi tumbuh 0,95% pada April 2022 dibandingkan sebulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini menjadi rekor tertinggi sejak 2017.

Sementara dibandingkan April 2021 terjadi inflasi 3,47% (yoy). Ini adalah yang tertinggi sejak 2019.

Inflasi inti dilaporkan tumbuh 2,6% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,37% (yoy). Meski demikian, kenaikan inflasi inti tersebut kemungkinan belum cukup bagi Bank Indonesia (BI) untuk memberikan sinyal kenaikan suku bunga.

Dalam rapat kebijakan moneter April lalu, BI masih menyatakan bersabar untuk menaikkan suku bunga.

Gubernur BI Perry Warjiyo sekali lagi menegaskan kebijakan moneter tidak merespon administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah. Hal ini terkait dengan kenaikan beberapa harga, seperti Pertamax yang ditentukan pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS