Kalau IHSG Lanjut Longsor, Transaksi di Bursa RI Bisa Disetop

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi I dengan koreksi tajam 3,88%. Dengan koreksi tersebut, IHSG menutup tengah hari terkoreksi 280 poin. IHSG berakhir di level 6.948,31 pada perdagangan sesi pertama. IHSG konsisten berada di zona koreksi sejak awal perdagangan. Bahkan koreksi IHSG sempat menembus level 4% tepatnya 4,59% ke level 6.896,99.
Koreksi yang terjadi pada perdagangan hari ini merupakan koreksi terbesar sepanjang tahun 2022. Apabila IHSG semakin ambles di sesi II nanti melebihi 5%, maka perdagangan bisa dihentikan sementara (trading halt).
IHSG sempat mengalami beberapa kali trading halt pada tahun 2020 saat awal-awal Covid-19 melanda.
Kala itu, IHSG yang mengawali 2020 di level 6.300, akhirnya meninggalkan level 6.000 pada akhir Januari hingga akhirnya terjun bebas hingga ke 3.937,63 pada 24 Maret 2020. Angka tersebut menjadi yang terendah setidaknya sejak 4 Juni 2012 ketika IHSG ditutup di 3.654,58.
Pihak regulator, termasuk BEI pun, mengambil tindakan untuk mencegah amblesnya IHSG terlalu dalam.
Sejak Maret 2020, untuk menahan penurunan bursa saham domestik, BEI menerbitkan berbagai relaksasi seperti pelarangan transaksi short selling, perubahan batasan auto rejection hingga mekanisme pre-opening, hingga pemberlakukan kebijakan penghentian/pembekuan perdagangan sementara selama 30 menit atau trading halt bila IHSG turun 5% dalam sehari.
Adapun, perdagangan saham di bursa RI tercatat tujuh kali mengalami penghentian sementara perdagangan (trading halt) sejak Maret 2020. Pada 2020, pertama kalinya IHSG ambrol hingga lebih dari 5% adalah pada 9 Maret 2020 atau sepekan setelah mengumumkan kasus Covid-19 pertama di RI.
Asal tahu saja, penghentian sementara perdagangan ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.
Menurut data BEI, pada 9 Maret 2020, IHSG ditutup anjlok 6,58% ke posisi 5.136,81. Setelah itu, IHSG beberapa kali terjun.
Pada 19 Maret 2020 IHSG ambles 5,20%, kemudian secara berturut-turut, pada 12 Maret 2020 (-5,01%), 10 September 2020 (-5,01%), 17 Maret 2020 (-4,99%), 23 Maret 2020 (-4,90%), dan 16 Maret 2020 (-4,42%).
Berkaca dari pengalaman tersebut, bila tekanan pada IHSG berlanjut di sesi II sehingga indeks bisa ambles lebih dari 5% maka ada potensi trading halt kembali terjadi.
[Gambas:Video CNBC]
IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
(trp/trp)