Terungkap! Bank Swiss Simpan Rp3.000 T Duit Crazy Rich Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia di Ukraina membuka informasi baru terkait para orang-orang kaya (crazy rich) di negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu.
Asosiasi Industri Keuangan Swiss tersebut memperkirakan bahwa bank-bank Negeri Palang Merah tersebut menyimpan aset orang-orang kaya Rusia mencapai US$213 miliar atau sekitar Rp3.089 triliun (asumsi Rp14.500/US$).
Ini diketahui setelah Credit Suisse, salah satu lembaga keuangan bank terbesar di Swiss, melaporkan telah membekukan aset sekitar US$10,4 miliar atau sekitar Rp150 triliun pada kuartal I-2022.
Pembekuan aset tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk sanksi atas terjadinya konflik antara Rusia dengan Ukraina.
Kubu Amerika Serikat (AS) dan Eropa, terutama yang tergabung ke dalam NATO, mencoba memojokkan Rusia atas serangannya ke Ukraina dengan memberikan sanksi ekonomi.
Salah satu sanksi ekonomi yang ditujukan untuk Rusia adalah pembekuan aset-aset milik orang kaya Rusia dan pejabatnya yang ada di luar negeri.
Menurut laporan Tim Riset CNBC Indonesia, Swiss memang kerap kali menjadi destinasi para crazy rich untuk menyimpan kekayaan mereka. Banyak orang kaya yang memilih untuk menyembunyikan asetnya di bank-bank Swiss untuk berbagai tujuan seperti menghindari pajak.
Tidak hanya itu, aspek kemananan jadi salah satu faktor kunci mengapa lembaga perbankan Swiss sangat terkenal di kalangan para triliuner dunia.
Keamanan yang dimaksud bisa dilihat dari berbagai sisi, mulai dari kerahasiaan identitas, proteksi data nasabah dan akun tabungan maupun deposito hingga keamanan dari sisi ekonomi dan politik.
Swiss juga memiliki mata uang yang dianggap sebagai aset safe haven yaitu Franc. Inflasi rendah dan stabilitas ekonomi yang terjaga membuat Franc menjadi mata uang incaran investor untuk mengurangi risiko (hedging).
Swiss memang sangat terkenal akan stabilitasnya. Di bidang ekonomi, stabilitas Swiss sangat terlihat dari inflasinya yang rendah secara historis. Meskipun dunia dilanda inflasi yang tinggi akibat Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina, inflasi di Swiss memang naik tetapi kenaikan inflasinya masih cenderung terkendali.
Bandingkan saja dengan inflasi di AS dan Inggris yang sudah mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua dekade dengan laju kenaikan harga di atas 5%. Sedangkan Swiss masih di bawah 3%.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
