
Harga Emas Dunia Drop 3 Pekan Beruntun, Apa Pemicunya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia bergerak melemah sepanjang pekan ini dan menandai penurunannya selama tiga pekan beruntun. Harga sang logam mulia diprediksikan menyentuh level US$ 2.000/troy ons, makin menjauhi posisi patokan tersebut. Apa penyebabnya?
Melansir Refinitiv, pada perdagangan Jumat (6/5), harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 1.882,956/troy ons. Naik tipis 0,33% dibandingkan dengan posisi penutupan sehari sebelumnya.
Dengan begitu, secara mingguan, harga emas masih drop 0,71% dan anjlok 2,55% secara bulanan. Namun, harga emas dunia berhasil menguat secara tahunan sebanyak 2,87%.
Pergerakan tersebut terjadi seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) yang menyentuh level tertingginya sejak dua dekade.
Pada Jumat (6/5), dolar AS menyentuh level tertingginya dalam 20 tahun yang berada di level 104,07. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2002, kemudian kembali jatuh ke level 103,64.
Hal tersebut ditopang oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada Kamis (5/5) dini hari waktu Indonesia.
Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian Amerika Serikat akan terserap lebih banyak. Harapannya inflasi bisa terkendali.
Terserapnya likuiditas artinya jumlah dolar AS yang beredar menjadi berkurang, alhasil nilainya pun terus menanjak.
Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak 2018 di 3,106% pada perdagangan Jumat (6/5), sebelum akhirnya kembali menurun ke 3,04% pada perdagangan sore hari waktu setempat. Hal serupa terjadi pada yield obligasi tenor 30 tahun yang naik 12 basis poin ke 3,126%.
Wajar saja jika emas menjadi kurang menarik, pasalnya emas tidak menawarkan imbal hasil, tidak seperti, katakanlah, obligasi. Karena itu, si logam kuning ini cenderung tidak diminati investor ketika suku bunga naik.
Bagaimana tren ke depan?
Analis dari Bloomberg Intelligence, Mike McGlone dalam outlook bulan Mei menunjukkan harga komoditas akan bergerak dengan volatilitas sangat tinggi, dan emas yang akan diuntungkan.
"Komoditas akan bergerak sangat volatil di tahun ini, seperti pada 2008, perkembangan tersebut akan membuat emas bersinar," kata McGlone sebagaimana dilansir dari Kitco, Rabu (4/5/2022).
"Dalam 10 tahun terakhir indeks komoditas mengalami kenaikan 50%, sementara indeks harga produsen naik 30%. Kenaikan tersebut akan menyusut karena dunia menghadapi potensi resesi dan The Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunga bertepatan dengan puncak inflasi," tambahnya.
McGlone melihat harga emas akan melesat kembali ke atas US$ 2.000/troy ons saat pelaku pasar mulai melihat akhir dari era kenaikan suku bunga The Fed.
"Titik terendah harga emas saat ini sekitar US$ 1.800/troy ons, dengan resisten kunci di US4 2.000/troy ons. Cuma masalah waktu sebelum emas diperdagangkan di atas resisten tersebut," tambah McGlone.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Viral dan Jadi Primadona, Harga Emas OTW Anjlok!