Duh! Ikut Wall Street, Bursa Asia Anjlok Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa di kawasan Asia dibuka ambles ke zona merah pada Jumat (6/4/2022). Bursa Asia mengekor anjloknya bursa saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street pada Jumat dini hari waktu Indonesia.
Per pukul 09.26 WIB, indeks Nikkei 225 Tokyo (Jepang) turun 0,06% ke posisi 26.803,27, indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir ke zona merah hingga minus 2,87%. Kemudian, indeks Shanghai Composite (China) merosot 1,50%, indeks Straits Times (Singapura) tergerus 1,36%.
Selanjutnya, indeks KOSPI Korea Selatan (Korsel) juga turun melemah 1,48%.
Saham-saham teknologi di benua Asia mengalami tekanan jual yang signifikan, mengikuti 'kebakaran' yang terjadi di indeks Nasdaq Composite AS yang anjlok hampir 5%. Nasdaq sendiri sarat akan saham-saham teknologi.
Saham konglomerat teknologi Tencent di bursa Hong Kong, misalnya, merosot 3,33%. Sementara, saham raksasa e-commerce China Alibaba 'terjun bebas' 5,27% dan Meituan turun 3,46%.
Indeks teknologi di Hang Seng sendiri melorot 3,8%.
Di Negeri Sakura Jepang, saham konglomerat raksasa SoftBank Group terdepresiasi 2,46%. Saham perusahaan internet Kakao asal Korsel merosot 4,27% dan produsen elektronik kakap Samsung Electronics turun 1,91%.
Sementara, dari Negeri Paman Sam AS, indeks Dow Jones melemah 1.063 poin atau anjlok 3,12% menjadi level 32.997,97.
Nasdaq merosot sebesar 4,99%, berakhir di level 12.317,69 dan menjadi level penutupan terendah sejak November 2020. Kedua kerugian tersebut merupakan penurunan terburuk secara harian sejak 2020.
Selanjutnya, indeks S&P 500 jatuh 3,56% ke 4.146,87, menandai sebagai hari kedua terburuk di sepanjang tahun ini.
Pergerakan itu terjadi setelah reli besar di pasar saham pada Rabu (4/5), di mana indeks Dow Jones melonjak 932 poin atau 2,81% dan indeks S&P 500 lompat 2,99% dan menjadi kenaikan terbesar sejak 2020. Hal serupa terjadi pada Nasdaq yang melesat 3,19%.
"Jika Anda naik 3% dan kemudian Anda menyerah setengah persen pada hari berikutnya, itu hal yang cukup normal. Tapi memiliki hari seperti yang kita alami kemarin dan kemudian melihatnya 100% terbalik dalam waktu setengah hari benar-benar luar biasa," tutu Direktur Pelaksana Perdagangan Schwab Center for Financial Research Randy Frederick dikutip dari CNBC International.
Saham emiten teknologi besar berada di bawah tekanan, di mana saham Meta dan Amazon anjlok yang masing-masing sebesar 6,8% dan 7,6%. Tidak hanya itu, saham Microsoft turun 4,4%, saham Salesforce terkoreksi 7,1%, dan saham Apple merosot hampir 5,6%.
Saham E-commerce adalah sumber utama penurunan pada Kamis (5/5) karena beberapa rilis kinerja keuangan yang mengecewakan.
Saham Etsy dan eBay anjlok yang masing-masing sebesar 16,8% dan 11,7%, setelah merilis panduan neraca keuangan yang mengindikasikan penurunan dari ekspektasi pasar. Selain itu, saham Shopify merosot hampir 15%.
Penurunan tersebut mengerek indeks Nasdaq menuju hari terburuknya dalam dua tahun.
Selain itu, memerahnya Wall Street terjadi setelah bank sentral AS Federal Reserve AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase, sejalan dengan ekspektasi pasar dan juga kenaikan terbesar dalam dua dekade.
"Tanpa aliran berita yang jelas untuk menjelaskan pembalikan tajam, tampaknya pelonggaran Powell yang mengindikasikan pergerakan 75bp (basis poin) kemungkinan merupakan langkah yang terlalu jauh memberi jalan bagi fokus baru pada inflasi tinggi dan prospek pertumbuhan yang menantang," Taylor Nugent, seorang ekonom di National Australia Bank, dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)