Pesta Sudah Berakhir, Wall Street Dibuka Langsung Ambles

Redaksi, CNBC Indonesia
Kamis, 05/05/2022 21:37 WIB
Foto: Wall Street/Brendan McDermid | Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks saham acuan Bursa New York dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (5/5/2022).


Indeks Dow Jones terpantau melemah 0,9% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing melemah 1,1% dan 1,6%.

Wall Street tampak balik arah pada perdagangan kali ini setelah berhasil melesat pada perdagangan kemarin dengan apresiasi nyaris 3% untuk Dow Jones dan S&P 500.

Reli yang terjadi di pasar saham AS terjadi setelah bank sentralnya The Fed mengumumkan kebijakan moneter untuk bulan Mei.

The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps). Kendati kenaikan sebesar 50 bps merupakan kenaikan tertinggi dalam dua dekade terakhir, tetapi kebijakan tersebut sudah diantisipasi oleh pelaku pasar.

Fed yang menaikkan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) sebesar setengah persen justru dinilai bahwa bank sentral paling powerful di dunia tersebut telah menepati janjinya.

Pemicu utama dibalik kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed ini disebabkan karena AS mengalami kenaikan inflasi tertinggi dalam 4 dekade terakhir.

Selain karena sudah diantisipasi oleh pelaku pasar, bos The Fed Jerome Powell juga mengatakan tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan sampai 75 bps.

Sementara itu di pasar obligasi pemerintah, yield US Treasury 10 tahun kembali naik dan melampaui level psikologis 3%.

Setelah The Fed, kini giliran bank sentral Inggris yakni Bank of England (BoE) yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.

Adapun kenaikan tersebut juga sudah diantisipasi oleh pelaku pasar. Mengingat tidak adanya kejutan dalam pengambilan kebijakan, pasar saham dapat rebound.

Langkah pengetatan yang dilakukan oleh BoE tersebut juga dipicu oleh masalah yang sama, yaitu kenaikan inflasi yang tinggi.

Pada bulan Maret lalu, Inggris melaporkan indeks harga konsumennya sebagai tolok ukur inflasi naik 7% dari tahun sebelumnya.

Inflasi di Inggris juga tak jauh berbeda dengan AS. Pada Maret 2022, kenaikan inflasi di Negeri Ratu Elizabeth mencapai level tertingginya dalam 3 dekade terakhir.

Dengan kenaikan suku bunga acuan ini, maka BoE sudah genap 4x melakukan pengetatan. Namun dengan komunikasi yang jelas dan komitmen untuk menjinakkan inflasi tanpa memicu resesi ditanggapi positif oleh pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Israel Vs Iran "Memanas", Saham Sektor Ini Malah Menguat!