
Bukan Cuma Perang, 'Kiamat' Babi China Bikin Inflasi Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina telah menciptakan krisis ketahanan pangan dan harga energi yang lebih tinggi di dunia. Namun jangan salah, rupanya ada dua masalah besar di China juga punya andil besar memperburuk inflasi di seluruh dunia, kata Peterson Institute for International Economics (PIIE)
"Perang Rusia di Ukraina telah menelan korban yang mengejutkan di kawasan itu," tulis analis PIIE Chad Bown dan Yilin Wang, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (2/5/2022)
"Ini juga berkontribusi pada krisis pangan global, karena Rusia memblokir ekspor pupuk penting yang dibutuhkan oleh petani di tempat lain, dan peran Ukraina sebagai lumbung pangan untuk Afrika dan Timur Tengah telah dihancurkan."
"Tetapi ada risiko lain yang tidak dihargai terhadap ketahanan pangan global," tulis mereka dalam sebuah catatan pekan lalu.
Para analis memilih pembatasan dan tarif yang diberlakukan oleh China dalam dua komoditas utama yakni pupuk dan daging babi.
Harga pupuk di Cina dan di seluruh dunia mulai naik tahun lalu, sebagai akibat dari permintaan yang kuat dan harga energi yang lebih tinggi, namun didorong lebih tinggi lagi setelah perang Rusia-Ukraina.
Juli lalu, pihak berwenang memerintahkan perusahaan-perusahaan besar China untuk menangguhkan ekspor pupuk untuk memastikan pasokan pasar pupuk kimia domestik. Pada bulan Oktober, karena harga terus naik, pihak berwenang mulai mewajibkan pengawasan tambahan pada ekspor.
Pembatasan terus berlanjut hingga tahun ini, dan akan berlangsung hingga setidaknya setelah akhir musim panas, lapor Reuters.
"Kombinasi hambatan nontarif ini menyebabkan ekspor pupuk China menurun tajam. Dengan lebih banyak produksi disimpan di dalam negeri, harga pupuk China turun dan bahkan mulai turun," tulis para analis.
Harga daging babi yang lebih tinggi secara global dimulai pada 2018. ketika itu China - yang kemudian menghasilkan setengah dari pasokan daging babi dunia - melihat populasi babinya dilanda wabah besar demam babi Afrika.
Hal ini membuat China memusnahkan 40% dari kawanan babi, yang menyebabkan harga daging babinya naik lebih dari dua kali lipat pada akhir 2019.
Kemudian harga dunia mengikuti, melonjak 25% karena China mengimpor lebih banyak daging babi dan menarik pasokan dari pasar, menurut PIIE.
"China mengurangi tekanan harga di dalam negeri mulai tahun 2019 dengan memanfaatkan impor sebelum baru-baru ini menutupnya. Kebijakan ini mempengaruhi seluruh dunia," tulis analis PIIE.
Beijing juga memotong tarif impor daging babi pada tahun 2020, yang kemungkinan menyebabkan konsumen di tempat lain menderita harga yang lebih tinggi sebagai akibat dari penurunan pasokan, kata lembaga think tank tersebut.
Namun, pihak berwenang menaikkan tarif itu lagi tahun ini karena masalah demam babi mereda.
"Keuntungan potensial yang tidak diinginkan akan diperoleh jika, dalam lingkungan harga daging global yang tinggi saat ini, tarif China secara tak terduga membebaskan pasokan dunia dan membantu mengurangi tekanan pada harga daging babi yang dihadapi konsumen di luar China," kata laporan itu.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eksportir Bahagia! Harga Batu Bara Meroket 11% Lebih