
Bursa Saham Terbaik di Asia Pasifik: IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan pasar keuangan Indonesia, termasuk pasar saham alias Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bulan April tahun 2022 resmi berakhir pada Kamis (28/4/2022), di mana pada tanggal 29 April hingga 6 Mei 2022, perdagangan IHSG pun libur karena adanya libur panjang Hari Raya Idul Fitri 1443 H.
Sepanjang bulan April tahun ini, IHSG mencatatkan kinerja yang cukup baik, di mana indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat hingga 2,23% secara point-to-point.
Bahkan, kinerja IHSG pada April menjadi yang terbaik di kawasan Asia-Pasifik, di mana secara mayoritas mencatatkan koreksi. Hanya IHSG dan bursa saham Malaysia (KLCI) yang mencatatkan kinerja positifnya pada April tahun ini.
Berikut kinerja IHSG dan bursa saham Asia-Pasifik pada April 2022.
![]() |
Cerahnya IHSG pada April tahun ini ditopang oleh pembelian bersih investor asing, di mana asing terus memburu saham-saham di RI sepanjang bulan ini, meski sentimen di pasar terus berubah-ubah.
Sepanjang April tahun ini, asing telah memburu saham-saham RI hingga mencapai Rp 40,87 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 17,73 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 23,14 triliun di pasar tunai dan negosiasi.
Memang dari pergerakannya, IHSG juga cenderung volatil akibat sentimen pasar yang cenderung berubah-ubah sepanjang April tahun ini. Namun, IHSG tidak pernah menyentuh level psikologis 6.900 pada bulan ini.
Bahkan pada April tahun ini, IHSG tetap mencetak rekor tertingginya (all time high/ATH), di mana level tertinggi IHSG saat ini berada di level 7.276.19 yang tercipta pada 21 April lalu.
Sentimen yang mewarnai pasar global sepanjang bulan April tahun ini memang cenderung beragam, di mana salah satunya adalah terkait pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).
Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Jumat lalu dini hari waktu Indonesia mengatakan bahwa kenaikan suku bunga 50 basis poin (bp) sudah siap diketok pada pertemuan The Fed berikutnya. Dia juga mengatakan saat ini merupakan momen yang tepat untuk 'bergerak lebih cepat' dalam memerangi inflasi.
Berdasarkan perangkat Fed Watch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 99,6% The Fed akan menaikkan suku bunga 50 basis poin menjadi 0,75% - 1% pada 4 Mei mendatang (waktu setempat).
Selain itu, ada probabilitas sebesar 70% The Fed akan menaikkan 50 basis poin lagi di bulan Juni menjadi 1,5% - 1,75%.
Dengan The Fed yang bertindak lebih agresif, semakin banyak analis yang melihat AS akan mengalami resesi.
"Saya melihat probabilitas 30% Amerika Serikat memasuki resesi dalam 12 bulan ke depan, dan probabilitas tersebut terus meningkat," kata kepala ekonomi Moody's Analytics Mark Zandi.
Namun, Powell sendiri mengakui tugas The Fed saat ini sangat menantang, melandaikan inflasi tanpa membuat perekonomian AS mengalami pelambatan signifikan hingga resesi.
"Target kami menggunakan instrumen yang kami miliki untuk kembali mengsinkronkan supply dengan demand... dan tanpa membuat pelambatan yang bisa membawa perekonomian resesi. Itu akan sangat menantang," kata Powell.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000