
INCO Pede Bisa Bangun Smelter dengan China Dalam 3 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) optimistis target pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dapat selesai dalam jangka waktu tiga tahun ke depan. Langkah ini dilakukan setelah perusahaan menggandeng mitra baru asal China yakni Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huaoyu) untuk mengembangkan proyek tersebut.
Direktur Utama PT Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan pihaknya bersama Huaoyu telah sepakat untuk mempercepat penyelesaian proyek paling tidak dalam jangka waktu tiga tahun. Pasalnya, proyek ini sangat dinanti-nanti oleh para stakeholder.
"Kalau melihat dari sisi target konstruksi dalam waktu 3 tahun, yang saat ini sudah jalan. Kalau bisa dipercepat tuntas dalam waktu 3 tahun," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis malam (28/4/2022).
Selain itu, Febriany juga menyampaikan bahwa target kapasitas produksi smelter di Pomalaa akan jauh lebih besar. Terutama jika dibandingkan pada rencana awal ketika perusahaan mengembangkan proyek ini bersama Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM), perusahaan industri pengolahan logam asal Jepang.
Kedua perusahaan juga menyepakati mengenai agenda rendah karbon dengan tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara selama proses kegiatan produksi. Sehingga hal ini menjadi bukti keselarasan komitmen keberlanjutan yang sangat penting bagi Vale.
"Produk ini cocok untuk materi mobil listrik sedangkan kita semua tahu industri mobil listrik ada pertimbangan climate change. Kami sudah bilang dari awal, karena nikel dibutuhkan untuk mobil listrik solusi untuk climate change, semua rantai produksi upstream sampai ujung harus rendah karbon," kata dia.
Untuk diketahui, penandatanganan perjanjian kerangka kerja sama (Framework Cooperation Agreement) antara Vale dengan Huaoyu telah berlangsung pada Rabu kemarin (27/4/2022). Para pihak pada prinsipnya telah menyepakati hal-hal pokok yang terkait dengan proyek pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di pomalaa, yang meliputi:
Pertama, Huayou akan membangun dan melaksanakan Proyek HPAL Pomalaa, dan PT Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30% saham Proyek HPAL Pomalaa tersebut.
Proyek HPAL Pomalaa sendiri akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi dan konfigurasi HPAL Huayou yang telah teruji untuk memproses bijih limonit dan bijih saprolit kadar rendah dari tambang PT Vale di Pomalaa, untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun.
Kedua, perusahaan akan bekerja sama untuk meminimalkan jejak karbon proyek dan selanjutnya para pihak sepakat untuk tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara captive sebagai sumber listrik dalam bentuk apapun untuk pengoperasian Proyek HPAL Pomalaa.
Para pihak akan menandatangani perjanjian-perjanjian definitif tidak lebih dari jangka waktu enam bulan setelah penandatanganan FCA ini. Adapun beberapa konstruksi yang telah dimulai melalui kegiatan pendahuluan yang dilakukan PT Vale akan tetap berjalan bahkan dipercepat dengan adanya kesepakatan ini dengan tujuan untuk menyelesaikan pembangunan dalam periode tiga tahun.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Nikel Vale Indonesia (INCO) Turun 9,48% Pada 2021