Jualannya Sedikit, Tapi Dharma Satya Untung Banyak
Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga crude palm oil (CPO) benar-benar bisa membuat emitennya tajir. Jualan sedikit, tapi laba menggunung.
Sebagai conotoh, Pada kuartal I 2022, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatat nilai penjualan sebesar Rp 1,64 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kontribusi dari segmen kelapa sawit turun dari 83% menjadi 75% karena adanya penurunan volume penjualan CPO dan PKO. Segmen usaha kelapa sawit DSNG membukukan nilai penjualan 8% lebih rendah menjadi Rp 1,24 triliun YoY karena turunnya volume penjualan CPO sebesar 28% menjadi 97 ribu ton.
"Meskipun demikian, penurunan kinerja operasional tersebut diimbangi oleh harga rata-rata CPO Perseroan yang mencapai Rp 10,6 juta per ton, naik 22% dibandingkan Q1-2021," jelas perseroan dalam keterangan informasi, Kamis (28/4/2022).
Dari segi profitabilitas, DSNG mencatat perolehan EBITDA dan margin laba yang lebih tinggi pada Q1-2022. DSNG memperoleh EBITDA sebesar Rp 477 miliar dengan margin 29%, naik 16% dibandingkan Q1-2021. Selain itu, laba Perseroan juga melonjak 110% menjadi Rp 208,6 miliar karena turunnya biaya pembiayaan dan rugi selisih kurs.
Sementara itu, core profit DSNG pada Q1-2022 meningkat 41% menjadi Rp 215 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 152 miliar.
Dus, membukukan laba Q1- 2022 sebesar Rp 209 miliar, melonjak 110% dibandingkan tahun lalu, menyusul kenaikan harga CPO dan kinerja yang lebih baik dari segmen produk kayu.
Dari sisi kinerja operasional, total Tandan Buah Segar (TBS) yang diolah pada Q1-2022 turun sebesar 30%, menyusul turunnya produksi TBS sebesar 15% dan pembelian eksternal yang juga turun sebesar 67%. Namun demikian, kinerja Oil Extraction Rate (OER) DSNG naik dari 22,38% pada Q1-2021 menjadi 23,62% pada Q1-2022.
Dus, DSNG mencatat kenaikan volume penjualan masing-masing 10% dan 30% untuk panel dan engineered flooring. Selain itu, rata-rata harga jual juga naik masing-masing sebesar 25% dan 14% untuk panel dan engineered flooring. Akibatnya segmen produk kayu menghasilkan EBITDA sebesar Rp 67 miliar, naik 60%, dengan laba sebelum pajak meningkat 318% menjadi Rp 51 miliar.
(RCI/dhf)