
IHSG Belum Jenuh Beli, Masih Bisa Menghijau di Sesi Kedua

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten berada di zona hijau sejak perdagangan dimulai.
Hingga sesi I perdagangan terakhir bulan ini, IHSG ditutup menguat 0,69% di level 7.246,25. Bersamaan dengan penguatan IHSG inflow asing mengalir deras.
Asing net buy di pasar reguler senilai Rp 1,36 triliun dan di pasar negosiasi serta tunai mencapai Rp 138 miliar sehingga total net buy asing mencapai Rp 1,5 triliun.
Mayoritas bursa saham Asia bergerak di zona hijau pada perdagangan hari ini. Indeks Hang Seng memimpin penguatan dengan apresiasi 1,22%.
Sentimen lain datang dari dalam negeri terkait keputusan pemerintah soal nasib kelapa sawit. Setelah ramai beredar berbagai spekulasi, akhirnya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk benar-benar melarang ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan berbagai produk turunan kelapa sawit lainnya.
"Kebijakan pelarangan ini didetailkan yaitu berlaku untuk semua produk, baik itu CPO, RPO (Red Palm Oil), RBD (Refined, Bleached, Deodorized)Palm Olein, pome, danused cooking oil. Sudah tercakup dalam Permendag dan berlaku malam hari ini pukul 00.00 WIB sesuai arahan Presiden," jelas Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dalam konferensi pers kemarin malam.
Untuk melihat arah pergerakan IHSG di sesi II, simak analisis teknikal berikut.
Analisa Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG sesi I dan indikator BB, tampak bahwa indeks cenderung uptrend mendekati level resisten terdekat di 7.250.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
![]() Grafik analisa teknikal IHSG |
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Indikator RSI cenderung naik yang mengindikasikan adanya penguatan momentum beli. RSI berada di level 57,26. Sampai saat ini RSI belum menunjukkan adanya tanda-tanda jenuh beli.
Jika melihat indikator teknikal, tampaknya ada potensi IHSG terkonsolidasi lebih dulu di rentang 7.211-7.250.
(trp/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000