Laba Bank Syariah Indonesia (BSI) Tumbuh 33,18% di Kuartal I

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
28 April 2022 12:15
Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Senin (1/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) resmi beroperasi. Direktur Utama BRIS Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi ketiga bank BRIsyariah, BNI Syariah dan BSM telah dilaksanakan sejak Maret 2020 atau memakan waktu selama 11 bulan. "Nama BSI dipilih karena kami ingin BSI menjadi representasi Indonesia baik nasional maupun global. Logo merepresentasikan 5 sila Pancasila dan 5 rukun Islam," ujar Hery. Dia menjelaskan pada Desember 2020, BRIS memiliki total aset Rp 240 triliun dengan pembiayaan Rp 157 triliun. Bank ini mengelola dana pihak ketiga sebesar Rp 210 triliun dan modal inti Rp 22,6 triliun,. "Bank Syariah Indonesia punya lebih dari 1.000 kantor cabang dan 20 ribu karyawan. BSI akan jadi bank terbesar peringkat ke 7 berdasarkan total aset," ujar Hery "Kami sadar tugas kami bukan hanya gabungkan tiga bank ini, tetapi juga transformasi seperti perbaikan proses bisnis, risk management, sumber daya insansi dan penguatan teknologi digital.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI mencatatkan kinerja yang memuaskan pada kuartal I 2022. Merger tiga bank syariah BUMN ini mencatatkan laba Rp 987,68 miliar, naik 33,18% dibandingkan periode yang sama pada 2021.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan kinerja keuangan BSI dalam tren positif seiring dengan perbaikan ekonomi nasional. Peningkatan mobilitas masyarakat membuat kinerja perbankan semakin baik.

"Kita bersyukur laba bersih BSI di Maret 2022 ini tumbuh cukup baik sebesar 33,18% sehingga total laba mencapai sebesar Rp 987,68 miliar," kata Hery dalam konferensi pers Kinerja Triwulan I 2022 Bank Syariah Indonesia, Kamis (28/4/2022).

Hery menuturkan selain mencetak kenaikan laba signifikan, total aset BSI juga naik dua digit, yakni 15,73% YoY menjadi total Rp 271,29 triliun. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 16,07% YoY menjadi Rp 238,53 triliun.

"Pembiayaan juga mengalami pertumbuhan double digit yang sebesar 11,59% mencapai Rp 177,51 triliun," urai Hery.

Selain mencatat pertumbuhan kuantitas pembiayaan, di kuartal I-2022 kualitas pembiayaan BSI turut membaik. Hal itu tercermin dari non performing financing (NPF) nett yang turun menjadi 0,90% di Maret 2022.

"NPF Gross juga mengalami penurunan, semula sebesar 3,09% di Maret 2021 menjadi sebesar 2,91% di Maret 2022. BSI terus memperkuat cadangan sehingga cash coverage meningkat secara signifikan menjadi 150,09%," papar Hery.

Wakil Direktur I BSI Ngatari menambahkan BSI mencatatkan sederet pertumbuhan yang berkelanjutan sehingga menghasilkan profitabilitas yang lebih baik.

"Bisa kita lihat dari beberapa rasio keuangan dari sisi profitability yaitu Return on Equity maupun Return on Asset kita lihat adanya lonjakan yang sangat baik di mana ROE kita tumbuh menjadi 16,58%, tahun lalu masih 14%. Return on Asset juga demikian tumbuh menjadi 1,93% dari sebelumnya 1,72%," papar Ngatari.

Ia menggarisbawahi peleburan tiga bank syariah BUMN berhasil meningkatkan efektivitas bisnis perusahaan. Cost of Fund BSI turun dari 2,2% tahun lalu menjadi 1,6%.

"Ini membuat BSI menjadi salah satu bank yang sangat kompetitif dari sisi cost of fund. Akhirnya merger ini memang menunjukkan tanda-tanda positif terutama dari sisi cost efficiency, di mana BOPO kita mengalami penurunan dari kisaran 80% sekarang di 75,35%," ujar Ngatari.


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Go Global, BSI Tancapkan Bisnis dan Penetrasi di Timur Tengah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular