
Ada China dan Rusia di Balik Kenaikan Harga Minyak Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan pagi hari ini. Sentimen apakah yang mendorong kenaikan harga si emas hitam?
Pada Selasa (27/4/2022) pukul 07:26 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 106,07/barel. Naik 1,03% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 102,57/barel. Bertambah 0,86%.
Kabar dari China membuat harga minyak bergerak ke utara. Negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu menegaskan bakal memberikan dukungan ekonomi, terutama pada masa-masa sulit akibat karantina wilayah (lockdown) di sejumlah daerah akibat pandemi virus coron (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Bank sentral China (PBoC) menyebut akan memberikan stimulus moneter kepada sektor riil, terutama usaha kecil yang terkena dampak pandemi. Likuiditas akan terjaga tetap aman. PBoC juga akan memberikan fasilitas pinjaman senilai CNY 100 miliar untuk mendukung industri batu bara dan meningkatkan kapasitas gudang.
"Saat ini trader mengesampingkan kekhawatiran lockdown dan berfokus kepada stimulus di China," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, harga minyak juga naik karena ekspektasi tambahan permintaan. Gazprom, perusahaan gas asal Rusia, menghentikan pasokan gas ke Polandia. Gazprom meminta pembayaran dengan mata uang rubel Rusia, yang tidak bisa dipenuhi oleh Polandia.
Perkembangan ini membuat Polandia kemungkinan harus mencari sumber energi alternatif pengganti gas alam. Minyak adalah salah satu pilihannya. So, tidak heran ada perkiraan permintaan minyak bakal naik sehingga harga terungkit.
"Rusia sekarang meminta pembayaran dengan rubel. Jadi kemungkinan pasokan gas akan terhenti sehingga membuat harga minyak naik," kata Scott Shelton, Energy Specialist di United ICAP, juga dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak