Bursa Asia Menghijau, tapi Shanghai Ambruk Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
26 April 2022 20:55
Men look at stock quotation boards outside a brokerage in Tokyo, Japan, December 5, 2018.  REUTERS/Issei Kato     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik secara mayoritas ditutup menguat pada perdagangan Selasa (26/4/2022), meski bursa saham China, Australia, dan Singapura pada hari ini berakhir di zona merah.

Indeks ASX 200 Australia ambruk 2% lebih ke level 7.318, setelah sehari sebelumnya tidak dibuka karena adanya libur nasional. Saham sektor pertambangan Australia menjadi pemberat indeks ASX 200 hari ini. saham Rio Tinto ambles lebih dari 4%, saham Fortescue Metals ambruk 6,88%, dan saham BHP anjlok nyaris 6%.

Sedangkan indeks Shanghai juga ditutup ambruk lebih dari 1%, karena investor khawatir dengan perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di China yang semakin mengkhawatirkan.

Kekhawatiran investor semakin meningkat setelah adanya potensi bahwa kota besar di China lainnya yakni Beijing berpotensi dilakukan karantina wilayah (lockdown), jika hasil pengujian (testing) menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.

Sebelumnya, Beijing akan memperluas pengujian massal ke 10 distrik lainnya dan satu kawasan pengembangan ekonomi di kota tersebut.

"Kemarin, pasar bereaksi negatif terhadap perkembangan Covid-19 di China, di mana pandemi menyebar lebih cepat dan memicu kekhawatiran akan adanya penguncian tambahan dan pengurangan produksi," tulis analis ANZ Research Brian Martin dan Daniel Hynes dalam laporan risetnya, dikutip dari CNBC International.

Sementara, indeks Straits Times Singapura (STI) ditutup melemah 0,53% ke 3.322,05 pada hari ini. Selain indeks Shanghai, ASX 200, dan STI, bursa Asia-Pasifik lainnya mengalami penguatan pada hari ini.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,41% ke level 26.700,109, Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,33% ke 19.934,71, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,42% ke 2.668,31, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik 0,22% ke posisi 7.232,15.

Meski sebagian besar pelaku pasar di Asia cenderung bersikap positif pada hari ini, tetapi sentimen pasar global masih cenderung negatif pada hari ini, di mana salah satunya yakni potensi resesinya Amerika Serikat (AS).

AS menghadapi isu pelambatan ekonomi akibat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan agresif menaikkan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell juga mengakui tugas The Fed saat ini sangat menantang, melandaikan inflasi yang sangat tinggi tanpa membuat perekonomian AS mengalami pelambatan signifikan hingga resesi.

Pasar melihat The Fed bulan depan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin (bp), bahkan di bulan Juni diperkirakan lebih tinggi lagi. Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana ada probabilitas sebesar 75% The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75% di bulan Juni mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular