IHSG Masih Galau, BBRI dan BBCA 'Dicaplok' Investor Asing

Putra, CNBC Indonesia
26 April 2022 09:24
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah mengekor bursa saham Asia yang kebakaran di pagi hari ini, Selasa (26/4/2022).

Namun indeks berhasil rebound. IHSG terpantau menguat 0,02% di level 7.215,41 selangĀ 20 menit. Namun kali ini asing mencatatkan inflow tipis dengan net buy hanya Rp 3,89 miliar.

Saham yang paling banyak dibeli asing adalah saham BBRI dan BBCA dengan net buy masing-masing Rp 32 miliar dan Rp 8,2 miliar.

Sedangkan saham INCO dan saham ADMR menjadi yang paling dilepas asing dengan net sell Rp 20 miliar dan Rp 10 miliar.

Bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Senin waktu setempat sempat jeblok dalam dalam, melanjutkan kinerja buruk pada pekan lalu. Namun, ibarat trampolin, Wall Street akhirnya melompat tinggi.

Indeks Dow Jones sebelumnya merosot nyaris 500 poin sebelum berbalik menguat 238 poin atau 0,7% ke 34.049,46. Indeks S&P 500 juga naik 0,6% le 4.296,12 dan Nasdaq melesat 1,3% ke 13.004,85.

Wall Street sukses rebound tentunya bisa memberikan sentimen positif ke pasar saham Asia. Namun, 'masalah lama bersemi kembali' di Amerika Serikat dan China, dua negara dengan nilai perekonomian terbesar dunia, masih akan membebani sentimen pelaku pasar.

Amerika Serikat menghadapi isu pelambatan ekonomi akibat The Fed yang akan agresif menaikkan suku bunga.

"Saya melihat probabilitas 30% Amerika Serikat memasuki resesi dalam 12 bulan ke depan, dan probabilitas tersebut terus meningkat," kata kepala ekonomi Moody's Analytics Mark Zandi, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (22/4/2022).

Ketua The Fed, Jerome Powell juga mengakui tugas The Fed saat ini sangat menantang, melandaikan inflasi yang sangat tinggi tanpa membuat perenomian AS mengalami pelambatan signifikan hingga resesi.

"Target kami menggunakan instrumen yang kami miliki untuk kembali mengsinkronkansupplydengandemand... dan tanpa membuat pelambatan yang bisa membawa perekonomian resesi. Itu akan sangat menantang," kata Powell dalam diskusi ekonomi pada pertemuan Dana Monerer International (IMF) sebagaimana dilansirReuters.

Sementara itu, China kembali dihadapkan pada masalah Covid-19. China sudah melakukan karantina (lockdown) di beberapa wilayah. Tetapi nyatanya kasus Covid-19 malah terus bertambah.

Alhasil, muncul kecemasan akan terjadinyalockdownsecara nasional. Ibu kota Beijing bahkan dilandapanic buying.


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular