Wall Street Bak Roller Coaster, Tapi Bursa Asia Dibuka Cerah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 26/04/2022 08:42 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Selasa (26/4/2022), di tengah sikap investor yang mencermati perkembangan dari pandemi virus corona (Covid-19) di China di mana Beijing terus memperluas pengujian massal.

Indeks Nikkei Jepang dibuka naik 0,17%, Hang Seng Hong Kong tumbuh 0,48%, Shanghai Composite China bertambah 0,42%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,16%, dan KOSPI Korea Selatan melaju 0,58%.

Sedangkan untuk indeks ASX 200 Australia dibuka ambles 1,2% pada perdagangan pagi hari ini.


Investor akan kembali memantau pergerakan bursa saham China dan Hong Kong pada hari ini, setelah pada perdagangan kemarin sempat ambruk karena investor khawatir dengan perkembangan pandemi di Negeri Panda.

Kekhawatiran investor semakin meningkat setelah adanya potensi bahwa kota besar di China lainnya yakni Beijing berpotensi dilakukan karantina wilayah (lockdown), jika hasil pengujian (testing) menunjukkan angka yang mengkhawatirkan.

Sebelumnya, Beijing akan memperluas pengujian massal ke 10 distrik lainnya dan satu kawasan pengembangan ekonomi di kota tersebut

"Kemarin, pasar bereaksi negatif terhadap perkembangan Covid-19 di China, di mana pandemi menyebar lebih cepat dan memicu kekhawatiran akan adanya penguncian tambahan dan pengurangan produksi," tulis analis ANZ Research Brian Martin dan Daniel Hynes dalam laporan risetnya, dikutip dari CNBC International.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah volatilnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Senin kemarin waktu setempat. Wall Street sempat anjlok, namun pada penutupan perdagangan kemarin, akhirnya berhasil ditutup melesat

Indeks Dow Jones sebelumnya merosot nyaris 500 poin sebelum berbalik menguat 238 poin atau 0,7% ke 34.049,46. Indeks S&P 500 juga naik 0,6% le 4.296,12 dan Nasdaq melesat 1,3% ke 13.004,85.

Menurut beberapa analis, pelaku pasar di AS masih cenderung menahan selera risikonya karena kecemasan dan kabar negatif yang dibawa dari Kamis-Jumat pekan lalu.

"Pasar saham memulai pekan dengan koreksi dalam karena kecemasan dan kabar negatif yang dibawa dari Kamis-Jumat pekan lalu," tutur analis Vital Knowledge Adam Crisafulli dilansir dari CNBC International.

Perubahan dramatis bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi pro-pengetatan moneter, lanjut dia, masih menjadi pemberat utama Wall Street kemarin.

AS menghadapi isu pelambatan ekonomi akibat The Fed yang akan agresif menaikkan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell juga mengakui tugas The Fed saat ini sangat menantang, melandaikan inflasi yang sangat tinggi tanpa membuat perenomian AS mengalami pelambatan signifikan hingga resesi.

"Target kami menggunakan instrumen yang kami miliki untuk kembali mengsinkronkan supply dengan demand... dan tanpa membuat pelambatan yang bisa membawa perekonomian resesi. Itu akan sangat menantang," kata Powell dalam diskusi ekonomi pada pertemuan Dana Monerer International (IMF) sebagaimana dilansir Reuters.

Pasar melihat The Fed bulan depan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin (bp), bahkan di bulan Juni diperkirakan lebih tinggi lagi. Hal tersebut terlihat di perangkat FedWatch milik CME Group, di mana ada probabilitas sebesar 75% The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75% di bulan Juni mendatang.

Di lain sisi, investor di AS juga bersiap untuk pekan tersibuk musim rilis kinerja keuangan, di mana sekitar 160 perusahaan anggota indeks S&P 500 akan merilis neraca keuangannya pekan ini, seperti Amazon, Apple, Alphabet (induk usaha Google), Meta (induk usaha Facebook), dan Microsoft.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel