Top Gainers-Losers

10 Saham Gainers & Losers, Ada Saham Konglomerat Singkawang

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
26 April 2022 07:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Senin (25/4/2022) kemarin, di mana IHSG sempat ambruk hingga 1% pada awal perdagangan sesi I kemarin.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup turun 0,13% ke level 7.215,979. Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG sempat ambruk hingga 1% dan menyentuh level terendah hariannya di angka 7.121,86 pada sekitar pukul 09.00.

Namun selang beberapa menit hingga satu jam kemudian, IHSG berhasil memangkas pelemahannya hingga perdagangan sesi II. Bahkan, IHSG sempat menyentuh zona hijau tipis, meski pada akhirnya tetap ditutup di zona merah.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 19 triliun dengan melibatkan 31 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 juta kali. Sebanyak 162 saham terapresiasi, 388 saham terdepresiasi, dan 150 saham stagnan.

Investor asing pun masih getol memburu saham-saham di RI (net buy) hingga mencapai Rp 3,49 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 137,66 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 3,36 triliun di pasar tunai dan negosiasi.

Di tengah kembali melemahnya IHSG kemarin, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Senin kemarin.

Saham Top Gainers

Di posisi pertama terdapat emiten properti yang baru debut perdana di bursa pada saat penutupan sesi I kemarin, yakni PT Winner Nusantara Jaya Tbk (WINR), yang harganya meroket hingga 35% ke level harga Rp 135/saham. Adapun harga penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) WINR ditetapkan sebesar Rp 100/saham.

Nilai transaksi saham WINR pada perdagangan Senin kemarin mencapai Rp 138,42 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,05 miliar lembar saham. Investor asing mengoleksi saham WINR sebesar Rp 27,97 juta di pasar reguler.

WINR adalah perusahaan yang bergerak di bidang property dan real estate asal Batam. WINR akan melepas saham sebanyak 1,5 miliar unit atau setara 28,65% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah IPO. Jumlah seluruh nilai Penawaran Umum Perdana Saham ini adalah sebanyak Rp 150 miliar.

Winner Nusantara Jaya juga akan menerbitkan Waran Seri I sebanyak 1,3 miliar unit atau setara 34,80% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran disampaikan dengan Harga Pelaksanaan sebesar Rp 250.

Dalam keterbukaan informasi BEI, pencatatan saham dan waran WINR akan dilakukan di papan utama BEI. WINR akan menjadi perusahaan tercatat ke-18 yang tercatat di BEI pada tahun 2022.

Selain saham WINR, adapula juga saham yang baru melantai di bursa dan menjadi perdagangan perdananya kemarin, yakni saham emiten pengelola Restoran D'Monaco yang terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, PT Indo Boga Sukses Tbk (IBOS).

Saham IBOS ditutup melesat 10% ke posisi harga Rp 110/saham kemarin. Adapun harga IPO ditetapkan sebesar Rp 100/saham.

Nilai transaksi saham IBOS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 28,18 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 261,11 juta lembar saham. Namun tidak seperti saham WINR, asing malah melepas saham IBOS sebesar Rp 215,23 juta di pasar reguler.

Selain mengelola restoran, Indo Boga Sukses juga punya anak usaha yakni PT Sofia Berkah Abadi, pengelola penginapan dengan nama Sofia Residence.

IBOS akan melakukan IPO dengan menawarkan sebanyak 1.607.360.000 saham baru yang merupakan Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 25 per lembar atau sebanyak 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan dengan Harga Penawaran sebesar Rp 100 untuk setiap saham.

Dengan demikian, jumlah seluruh nilai Penawaran Umum sebanyak-banyaknya adalah Rp 160.736.000.000.

Perseroan secara bersamaan juga menerbitkan sebanyak 803.680.000 Waran Seri I yang menyertai Saham Baru Perseroan atau sebanyak 12,50% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham ini disampaikan.

Pencatatan saham dan waran PT Indo Boga Sukses Tbk (IBOS) dilakukan di papan akselerasi BEI. IBOS akan menjadi perusahaan tercatat ke-19 yang tercatat di BEI pada tahun 2022.

Selain beberapa saham menjadi top gainers, ada juga beberapa saham yang menjadi top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Senin kemarin.

Saham Top Losers

Dari jajaran saham top losers kemarin, beberapa diantaranya merupakan saham emiten kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Adapun saham emiten CPO tersebut yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA).

Saham LSIP ditutup ambles 6,94% ke level harga Rp 1.340/saham pada perdagangan kemarin. Bahkan, saham LSIP pun menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) kemarin.

Nilai transaksi saham LSIP pada perdagangan kemarin mencapai Rp 89,85 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 66,93 juta lembar saham. Investor asing melepas saham LSIP sebesar Rp 11,31 miliar di pasar reguler.

Sedangkan saham emiten sawit milik TP Rachmat yakni TAPG juga ditutup ambrol 6,92% ke posisi harga Rp 605/saham. Saham TAPG juga terkena ARB kemarin.

Nilai transaksi saham TAPG pada perdagangan kemarin mencapai Rp 28,19 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 46,41 juta lembar saham. Investor asing juga melepas saham TAPG sebesar Rp 2,75 miliar di pasar reguler.

Selain LSIP dan TAPG, ada juga saham TOBA yang anjlok 6,88% ke level Rp 1.015/saham kemarin. Nilai transaksi saham TAPG pada perdagangan kemarin mencapai Rp 17,9 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 17,42 juta lembar saham. Investor asing pun juga melepas saham TOBA sebesar Rp 325,21 juta di pasar reguler.

Ambruknya ketiga saham emiten sawit tersebut terjadi setelah Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor minyak sawit mentah dan produk minyak goreng mulai 28 April mendatang.

"Dalam rapat tersebut telah saya putuskan pemerintah melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng," kata Jokowi, Jumat (22/4/2022).

Kebijakan ini diambil menyusul polemik kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng di pasar yang terindikasi adanya aktivitas mafia.

Kejaksaan Agung (Kejagung) baru-baru ini menetapkan sejumlah tersangka terkait kasus ekspor minyak goreng. Mereka adalah pihak yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Mirisnya, pihak yang membuat banyak masyarakat susah ternyata adalah pemerintah yang tak lain Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana (IWW) yang ditetapkan menjadi salah satu tersangka.

Selain IWW, Kejagung juga menetapkan tiga orang tersangka lainnya dalam kasus itu, yaitu Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia MPT, Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group (PHG) SM, dan General Manager di Bagian General Affair PT Musim Mas PTS. Seluruh tersangka telah ditahan oleh Kejagung.

Menurut ekonom MNC Sekuritas, Tirta Citradi, kebijakan larangan ekspor CPO ini tentu akan berdampak pada penurunan kinerja ekspor bulanan RI.

"Di sepanjang tahun 2022 ini, ekspor minyak nabati RI mencapai hampir US$ 8 miliar, artinya per bulan sumbangsihnya sebesar US$ 3 miliar, jadi ada kemungkinan kehilangan ekspor sebesar itu. Surplus neraca dagang mungkin turun, ini secara makro kalau berkepanjangan tentu tidak akan oke terhadap stabilitas eksternal," ungkap Tirta saat dihubungi CNBC Indonesia.

Terkait dampaknya terhadap pasar, larangan ekspor CPO akan berpeluang mendorong harga CPO dan minyak nabati dunia melesat lagi mengingat Indonesia merupakan salah satu pemain CPO terbesar global.

Bagi emiten-emiten sawit, kenaikan harga CPO global jadi kurang bisa dinikmati dengan adanya larangan ekspor ini sehingga bisa menjadi salah satu katalis negatif bagi kinerja harga sahamnya, terutama yang punya pangsa ekspor besar terhadap pendapatan bisnis.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular