
Dijegal Kakaknya, Anil Ambani 'Tony Stark India' Jatuh Miskin

Masa Kejayaan Anil Ambani
Sebagai seorang yang sangat ambisius, Anil sangatlah agresif dalam melakukan ekspansi bisnis. Salah satu kesuksesan Anil adalah mengembangkan jaringan penyedia telekomunikasi 3G yang saat itu menjadi teknologi paling mutakhir.
Dengan strategi yang sama dengan yang dilakukan sang ayah yaitu menjual produk harga murah berkualitas tinggi dan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pengembangan 3G, Reliance communications berhasil menjadi raksasa telekomunikasi di India.
Pada 2008, Anil juga sukses mengembangkan bisnis di sektor entertainment dengan memiliki jejaring bioskop yang mengoperasikan 700 layar di India. Di tahun tersebut pula, Anil dengan koneksinya ke Hollywood turut membiayai berbagai film besutan sutradara kenamaan Stephen Spielberg.
Kekayaan Anil juga tercatat meningkat tajam setelah membawa salah satu perusahaannya yaitu Reliance Power ke pasar modal lewat penawaran umum perdana (IPO).
Pada 2008 inilah masa puncak kejayaan sang Anil meskipun memiliki US$ 42 miliar, harta kekayaanya masih berada sedikit di bawah kakaknya Mukesh yang memiliki US$ 43 miliar.
Masalah Muncul di Bisnis Telekomunikasi Anil
Agresivitas Anil dalam mengembangkan bisnis dengan utang yang besar harus dibayar mahal. Investasi Anil pada jaringan 3G ternyata berkontribusi sebesar 50% dari total utang perusahaan.
Di tahun 2008, Anil melihat peluang untuk melakukan mega merger dengan raksasa telekomunikasi Afrika Selatan, MTN sehingga jika dikombinasikan valuasi keduanya mencapai US$ 70 miliar.
Namun rencana tersebut gagal. Karena perjanjian Mukesh dan Anil, ketika terjadi aksi penjualan bisnis, maka yang berhak pertama kali untuk membelinya adalah sang saudara.
Hanya saja perjanjian tersebut menghadapi batu sandungan karena dinilai cacat legal oleh MTN, dan akhirnya deal pun batal.
Melihat utang Reliance communications yang bengkak, harus membuat Anil mencari pendanaan lain.
Datanglah tiga bank asal China yaitu ICBC, Bank Pembangunan China dan Bank Exim China yang memberikan utang sebesar US$ 1,2 miliar untuk membayar sebagian utang Reliance communications yang hampir mencapai US$ 7,2 miliar saat itu.
Anil Berusaha Bangkit dengan Pembangkit Listrik
Strategi Anil untuk tetap cuan juga dilakukan dengan meminjam uang senilai US$ 922 juta dari Bank Ekspor Impor guna membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 780 MW.
Berdasarkan perjanjian yang sudah disepakati, Mukesh selaku penyedia gas harus menyuplai gasnya dengan harga setengah dari harga yang ditetapkan pemerintah ke pembangkit listrik Anil.
Namun pemerintah menolak tegas perjanjian tersebut dan menetapkan harga gas harus tetap sama untuk semua pihak sehingga jelas menguntungkan Mukesh dan merugikan Anil.
Anil yang marah membuat pernyataan yang menyerang sang kakak. Namun pernyataan publik ini justru direspons negatif oleh pelaku pasar sehingga membuat harga saham perusahaan miliknya anjlok.
Setelah kejadian tersebut, perjanjian antara kedua kakak beradik ini akhirnya disepakati hangus. Konsekuensinya, kini kedua bersaudara boleh untuk berkompetisi secara langsung di semua industri.
Mukesh Jegal Anil Lewat Jio
Pada 2016, Mukesh memutuskan untuk masuk ke sektor telekomunikasi dengan mendirikan perusahaan bernama Jio. Strategi yang dilakukan oleh Mukesh sama dengan Anil yaitu dengan memberikan penawaran produk harga rendah kualitas tinggi.
Dalam waktu singkat Jio langsung dapat menggaet 150 juta pengguna di India dengan teknologi paling canggih bernama 4G. Strategi ini membuat pemain telekomunikasi lain tak bisa mengikuti termasuk Reliance Communications milik Anil.
Dalam kurun waktu 3 tahun, akhirnya harga saham Reliance Communications milik Anil kehilangan 98% dari total kapitalisasi pasarnya dan membuat kekayaan Anil susut drastis.
Anil From Hero to Zero
Nasib buruk kembali menimpa Anil pada 2016. Setelah kakaknya masuk ke sektor telekomunikasi yang ia kuasai, Anil mendapatkan tuntutan dari Ericsson perusahan komunikasi Swedia untuk membayar utang senilai US$ 80 juta.
Pengadilan India memutuskan mengabulkan tuntutan Ericsson kepada Anil untuk membayar seluruh utang dan bunga atau Anil terpaksa masuk ke jeruji besi.
Jelang tenggat waktu pembayaran, bantuan dari sang kakak datang untuk menyelamatkan Anil karena tak ingin nama keluarga Ambani menjadi tercoreng. Namun tetap saja bisnis Reliance Communications tidak terselamatkan.
Pada 2019, Reliance Communications akhirnya mengajukan kebangkrutan. Meski bangkrut, Anil tetap dikejar oleh krediturnya yaitu tiga bank asal China yang meminjaminya US$ 1,2 miliar.
Dalam kurun waktu 7 tahun Anil tercatat baru membayar sebagian utang kepada tiga bank tersebut, sisanya sebesar US$ 717 juta masih terus ditagih karena Anil memberikan Personal Guarantee (PG) pada bank tersebut.
Kemudian pada tahun 2020, saat Covid-19 merebak, Anil Ambani menyatakan bahwa dirinya sekarang benar-benar telah hancur. Kekayaannya yang mencapai US$ 42 miliar pada 2008 kini sisa US$ 0 alias tidak punya apa-apa.
Dengan kebangkrutan yang ia hadapi dan utang yang menggunung, kini Anil Ambani harus hidup tanpa sorotan media lagi dan bekerja sangat keras untuk membayar semua utang-utangnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(vap/vap)[Gambas:Video CNBC]