Dijegal Kakaknya, Anil Ambani 'Tony Stark India' Jatuh Miskin

Putra, CNBC Indonesia
25 April 2022 14:50
Anil Ambani (REUTERS/Francis Mascarenhas/File Photo)
Foto: Anil Ambani (REUTERS/Francis Mascarenhas/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mukesh Ambani, seorang pengusaha sukses asal India dinobatkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya nomor 1 di India dan 10 di dunia pada 2022.

Forbes mencatat nilai kekayaan Mukesh mencapai US$ 90,7 miliar. Dengan kurs rupiah di Rp 14.350/US$, maka total kekayaan Mukesh Ambani mencapai Rp 1.301 triliun atau hampir 2x kekayaan bos Djarum, Hartono.

Sebenarnya Mukesh Ambani juga memiliki saudara, yang dulu jika kekayaannya digabung bakal mencapai nilai yang sangat fantastis. Adik Mukesh Ambani bernama Anil Ambani.

Pada 2008, Anil Ambani berada di ranking 6 sebagai orang terkaya di dunia dengan total kekayaan mencapai US$ 42 miliar, tepat satu peringkat di bawah kakaknya Mukesh Ambani dengan kekayaan mencapai US$ 43 miliar.

Namun tahukah Anda kalau Anil memiliki utang yang menggunung sehingga mengalami kebangkrutan? Ya, Anil Ambani menjadi contoh kisah yang berkebalikan dengan ayahnya, Dhirubhai Ambani.

Jika Dhirubhai Ambani merupakan sosok sukses di dunia bisnis India dengan kisah from zero to hero, anak bungsunya justru memiliki kisah from hero to zero.

Bagaimana bisa semua hal itu terjadi? Jawabannya adalah terletak dari strategi bisnis, gaya hidup dan ambisi Anil sampai dengan persaingannya dengan sang kakak membuat harta kekayaan Anil terpaksa hilang.

Awal Mula Kisah Sukses Keluarga Ambani

Semua berawal dari seorang pemuda bernama Dhirubhai Ambani yang ketika berusia 17 tahun memilih untuk pindah ke Aden Yaman, menjadi staf administrasi di sebuah perusahaan perdagangan bernama Besse & Co.

Di tempat inilah Dhirubhai belajar tentang bisnis terutama bagaimana cara berdagang dan akuntansi. Kemudian pada tahun 1958, Dhirubhai yang sudah memiliki anak bernama Mukesh Ambani memutuskan untuk kembali ke India bersama istrinya Kokilaben dan mendirikan usaha dagang rempah-rempah yang kemudian bernama Reliance Commercial Corporation.

Tak berapa lama setelah kepindahannya, Dhirubai dan istri dikaruniai anak kedua bernama Anil Ambani. Masa kejayaan Dhirubhai pun dimulai ketika bisnis rempah-rempahnya sukses dan melakukan ekspansi ke sektor tekstil.

Kesuksesan Dhirubhai di sektor tekstil juga tak lepas dari strategi bisnis yang cenderung berisiko, yaitu menawarkan produk tekstil dengan kualitas tinggi tetapi harganya murah. Namun strategi tersebut berhasil karena produknya laku keras.

Pada 1980, Reliance Commercial Corporation juga memiliki unit bisnis yang sangat menguntungkan di sektor petrokimia. Tiga tahun berselang, bisnis Reliance Commercial Corporation divaluasi sekitar US$ 122 juta.

Strategi Suksesi Bisnis & Perbedaan Karakter Mukesh dan Anil yang Mencolok

Di tahun 1980-an juga Mukesh dan Anil yang berusia 20 tahunan bergabung dengan bisnis yang dibangun oleh ayahnya. Mukesh berperan sebagai manager sedangkan Anil berperan sebagai eksekutif yang berurusan dengan investor dan awak media. Keduanya pun sukses menjalani role tersebut.

Namun karakter Mukesh dan Anil sangatlah kontras. Mukesh adalah sosok sederhana yang senang menghabiskan waktu luang dengan keluarga sedangkan Anil adalah sosok yang high profile dan gemar bergaul dengan para sosialita termasuk artis papan atas Bollywood dan terkenal sebagai seorang playboy bak Tony Stark, seorang playboy tajir dalam komik Marvel.

Pergaulannya tersebut akhirnya membuat Anil jatuh cinta kepada artis Bollywood bernama Tina Moonham. Setelah lama tak memperoleh restu dari keluarganya, pada 1991 dengan terpaksa ayah dan ibu Anil menyetujui hubungan anak bungsunya dengan sang artis dan keduanya menikah.

Persaingan Sengit Saudara Sepeninggal sang Ayah

Pada 2002, bisnis grup Reliance berkembang dengan pesat dan mencapai valuasi US$ 15 miliar. Namun pada tahun tersebut pula Dhirubhai Ambani tutup usia setelah terkena serangan jantung.

Kala itu Dhirubhai merupakan orang terkaya nomor 138 di dunia dengan kekayaan ditaksir mencapai US$ 2,9 miliar. Sepeninggal Dhirubhai, bisnis Grup Reliance jatuh ke anak-anaknya.

Mukesh sang kakak didapuk menjadi chairman (komisaris utama) sedangkan sang adik, Anil menjadi wakil komisaris utama. Namun di sinilah persaingan keduanya dimulai.

Saking seringnya kedua kakak beradik ini cek cok masalah keputusan arah dan strategi perusahaan, sampai-sampai Menteri Keuangan India harus turun tangan. Namun sayang, upaya ini tak membuahkan hasil.

Sang Ibu Kokilaben melihat konflik yang tak berkesudahan akhirnya memfasilitasi mediasi keduanya. Dengan adanya mediasi ini akhirnya bisnis Reliance resmi dipisah.

Mukesh sang kakak mengendalikan bisnis yang sudah mencetak untung seperti Reliance Industries di sektor tekstil dan Reliance Petrochemical di bidang migas.

Sementara itu sang adik, Anil Ambani memegang bisnis di sektor yang baru dengan prospek pertumbuhan yang cerah yaitu sektor telekomunikasi.

Kesepakatan antara keduanya tak sampai di situ. Dua kesepakatan lain pun dibuat. Pertama adalah mereka berdua dilarang untuk saling berkompetisi secara langsung satu sama lain.

Kedua, jika dalam pelaksanaan bisnis terjadi upaya penjualan unit bisnisnya atau divestasi, maka orang pertama yang berhak untuk membeli adalah sang saudara.

Setelah 3 tahun proses pemisahan, akhirnya pihak pengadilan India mengabulkan permintaan tersebut dan Reliance resmi dipisah pada 2005.

Masa Kejayaan Anil Ambani

Sebagai seorang yang sangat ambisius, Anil sangatlah agresif dalam melakukan ekspansi bisnis. Salah satu kesuksesan Anil adalah mengembangkan jaringan penyedia telekomunikasi 3G yang saat itu menjadi teknologi paling mutakhir.

Dengan strategi yang sama dengan yang dilakukan sang ayah yaitu menjual produk harga murah berkualitas tinggi dan investasi sebesar US$ 2 miliar untuk pengembangan 3G, Reliance communications berhasil menjadi raksasa telekomunikasi di India.

Pada 2008, Anil juga sukses mengembangkan bisnis di sektor entertainment dengan memiliki jejaring bioskop yang mengoperasikan 700 layar di India. Di tahun tersebut pula, Anil dengan koneksinya ke Hollywood turut membiayai berbagai film besutan sutradara kenamaan Stephen Spielberg.

Kekayaan Anil juga tercatat meningkat tajam setelah membawa salah satu perusahaannya yaitu Reliance Power ke pasar modal lewat penawaran umum perdana (IPO).

Pada 2008 inilah masa puncak kejayaan sang Anil meskipun memiliki US$ 42 miliar, harta kekayaanya masih berada sedikit di bawah kakaknya Mukesh yang memiliki US$ 43 miliar.

Masalah Muncul di Bisnis Telekomunikasi Anil

Agresivitas Anil dalam mengembangkan bisnis dengan utang yang besar harus dibayar mahal. Investasi Anil pada jaringan 3G ternyata berkontribusi sebesar 50% dari total utang perusahaan.

Di tahun 2008, Anil melihat peluang untuk melakukan mega merger dengan raksasa telekomunikasi Afrika Selatan, MTN sehingga jika dikombinasikan valuasi keduanya mencapai US$ 70 miliar.

Namun rencana tersebut gagal. Karena perjanjian Mukesh dan Anil, ketika terjadi aksi penjualan bisnis, maka yang berhak pertama kali untuk membelinya adalah sang saudara.

Hanya saja perjanjian tersebut menghadapi batu sandungan karena dinilai cacat legal oleh MTN, dan akhirnya deal pun batal.

Melihat utang Reliance communications yang bengkak, harus membuat Anil mencari pendanaan lain.

Datanglah tiga bank asal China yaitu ICBC, Bank Pembangunan China dan Bank Exim China yang memberikan utang sebesar US$ 1,2 miliar untuk membayar sebagian utang Reliance communications yang hampir mencapai US$ 7,2 miliar saat itu.

Anil Berusaha Bangkit dengan Pembangkit Listrik

Strategi Anil untuk tetap cuan juga dilakukan dengan meminjam uang senilai US$ 922 juta dari Bank Ekspor Impor guna membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 780 MW.

Berdasarkan perjanjian yang sudah disepakati, Mukesh selaku penyedia gas harus menyuplai gasnya dengan harga setengah dari harga yang ditetapkan pemerintah ke pembangkit listrik Anil.

Namun pemerintah menolak tegas perjanjian tersebut dan menetapkan harga gas harus tetap sama untuk semua pihak sehingga jelas menguntungkan Mukesh dan merugikan Anil.

Anil yang marah membuat pernyataan yang menyerang sang kakak. Namun pernyataan publik ini justru direspons negatif oleh pelaku pasar sehingga membuat harga saham perusahaan miliknya anjlok.

Setelah kejadian tersebut, perjanjian antara kedua kakak beradik ini akhirnya disepakati hangus. Konsekuensinya, kini kedua bersaudara boleh untuk berkompetisi secara langsung di semua industri.

Mukesh Jegal Anil Lewat Jio

Pada 2016, Mukesh memutuskan untuk masuk ke sektor telekomunikasi dengan mendirikan perusahaan bernama Jio. Strategi yang dilakukan oleh Mukesh sama dengan Anil yaitu dengan memberikan penawaran produk harga rendah kualitas tinggi.

Dalam waktu singkat Jio langsung dapat menggaet 150 juta pengguna di India dengan teknologi paling canggih bernama 4G. Strategi ini membuat pemain telekomunikasi lain tak bisa mengikuti termasuk Reliance Communications milik Anil.

Dalam kurun waktu 3 tahun, akhirnya harga saham Reliance Communications milik Anil kehilangan 98% dari total kapitalisasi pasarnya dan membuat kekayaan Anil susut drastis.

Anil From Hero to Zero

Nasib buruk kembali menimpa Anil pada 2016. Setelah kakaknya masuk ke sektor telekomunikasi yang ia kuasai, Anil mendapatkan tuntutan dari Ericsson perusahan komunikasi Swedia untuk membayar utang senilai US$ 80 juta.

Pengadilan India memutuskan mengabulkan tuntutan Ericsson kepada Anil untuk membayar seluruh utang dan bunga atau Anil terpaksa masuk ke jeruji besi.

Jelang tenggat waktu pembayaran, bantuan dari sang kakak datang untuk menyelamatkan Anil karena tak ingin nama keluarga Ambani menjadi tercoreng. Namun tetap saja bisnis Reliance Communications tidak terselamatkan.

Pada 2019, Reliance Communications akhirnya mengajukan kebangkrutan. Meski bangkrut, Anil tetap dikejar oleh krediturnya yaitu tiga bank asal China yang meminjaminya US$ 1,2 miliar.

Dalam kurun waktu 7 tahun Anil tercatat baru membayar sebagian utang kepada tiga bank tersebut, sisanya sebesar US$ 717 juta masih terus ditagih karena Anil memberikan Personal Guarantee (PG) pada bank tersebut.

Kemudian pada tahun 2020, saat Covid-19 merebak, Anil Ambani menyatakan bahwa dirinya sekarang benar-benar telah hancur. Kekayaannya yang mencapai US$ 42 miliar pada 2008 kini sisa US$ 0 alias tidak punya apa-apa.

Dengan kebangkrutan yang ia hadapi dan utang yang menggunung, kini Anil Ambani harus hidup tanpa sorotan media lagi dan bekerja sangat keras untuk membayar semua utang-utangnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular