
Dari Level Termurah 2022, Kurs Dolar Australia Meroket!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura naik tajam melawan rupiah pada perdagangan Senin (25/4/2022) setelah sempat menyentuh level termurah di tahun ini. Rupiah hari ini mengalami tekanan akibat sentimen pelaku pasar yang memburuk, serta kebijakan pelarangan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini sempat menyentuh Rp 10.443/SG$ yang merupakan level termurah 2022. Namun, setelahnya mata uang Negeri Merlion ini berbalik meroket 0,45% ke Rp 10.516/SG$ pada pukul 10:07 WIB.
Rupiah yang merupakan aset emerging market akan mendapat sentimen negatif saat sentimen pelaku pasar yang memburuk yang tercermin dari jebloknya bursa saham Asia pagi ini.
Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,28%, Hang Seng Hong Kong ambruk 2,48%, Shanghai Composite China ambrol 1,74%, Straits Times Singapura merosot 0,88%, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,02%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot hingga 1,2%.
Sementara itu Jumat pekan lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan melarang ekspor CPO.
Keputusan tersebut ditetapkan Jokowi setelah memimpin rapat terbatas mengenai pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, utamanya minyak goreng dalam negeri.
Kebijakan ini akan berlaku mulai 28 April 2022, hingga batas waktu yang belum ditentukan.
"Saya akan terus memantau dan mengevaluasi kebijakan ini agar ketersediaan minyak goreng melimpah dengan harga terjangkau," kata Jokowi dalam keterangan pers lewat akun Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (22/4/2022).
"Hari ini saya telah memimpin rapat tentang pemenuhan kebutuhan pokok rakyat utamanya yang berkaitan dengan ketersediaan minyak goreng di dalam negeri. Dalam rapat tersebut telah saya putuskan pemerintah melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng," kata Presiden.
CPO merupakan salah satu komoditas ekspor andalan yang membantu neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus dalam 23 bulan beruntun, serta membuat transaksi berjalan (current account) juga surplus di tahun lalu.
Surplus transaksi berjalan tersebut menjadi fundamental penting dalam menjaga stabilitas rupiah.
Dengan dilarangnya ekspor CPO, maka pendapatan ekspor tentunya akan merosot. Putera Satria Sambijantoro, ekonom Bahana Sekuritas memperkirakan Indonesia bisa kehilangan US$ 3 miliar atau Rp 42,9 triliun belum dengan pajak ekspor.
"Setiap bulan, CPO dan produk turunannya menyumbang USD3 miliar dari ekspor Indonesia, selain Rp 4 triliun dari pendapatan pajak ekspor," ujar Satria.
Penurunan pendapatan tersebut jika berlangsung lama tentunya bisa menyeret neraca perdagangan kembali ke defisit, begitu juga dengan transaksi berjalan yang pada akhirnya berdampak negatif bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
