Apes! Ekspor CPO Dilarang, Saham AALI dkk Rontok Berjamaah

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Senin, 25/04/2022 09:54 WIB
Foto: Penjualan minyak goreng di salah satu minimarket di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Senin (25/4/22). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kompak ambles ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Senin (25/4/2022).

Para investor tampaknya merespons negatif kabar pemerintah lewat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang resmi melarang ekspor CPO dan produk minyak goreng mulai 28 April mendatang.

Berikut saham-saham CPO yang anjlok pagi ini, pukul 09.30 WIB


  1. Astra Agro Lestari (AALI), turun -6,84%, ke Rp 12.250/unit

  2. Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), -6,70%, ke Rp 1.045/unit

  3. Cisadane Sawit Raya (CSRA), -6,67%, ke Rp 700/unit

  4. PP London Sumatra Indonesia (LSIP), -6,60%, ke Rp 1.345/unit

  5. Gozco Plantations (GZCO), -6,31%, ke Rp 193/unit

  6. Eagle High Plantations (BWPT), -6,25%, ke Rp 75/unit

  7. Dharma Satya Nusantara (DSNG), -6,20%, ke Rp 605/unit

  8. Provident Agro (PALM), -5,49%, ke Rp 860/unit

  9. Triputra Agro Persada (TAPG), -5,38%, ke Rp 615/unit

  10. Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), -4,69%, ke Rp 122/unit

  11. Austindo Nusantara Jaya (ANJT), -3,92%, ke Rp 980/unit

  12. Tunas Baru Lampung (TBLA), -3,07%, ke Rp 790/unit

  13. SMART (SMAR), -2,75%, ke Rp 4.600/unit

  14. Jaya Agra Wattie (JAWA), -2,42%, ke Rp 161/unit

  15. Sampoerna Agro (SGRO), -1,24%, ke Rp 2.380/unit

Menurut data di atas, saham AALI menjadi yang paling anjlok dan menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,84% pagi ini, setelah naik dalam 2 hari sebelumnya. Dengan ini, dalam sepekan saham AALI melorot 6,13%.

Selain AALI, saham SSMS, CSRA, dan LSIP juga menembus batas ARB di perdagangan awal pekan ini.

Saham GZCO dan BWPT juga masing-masing turun 6,31% dan 6,25%.

Sebelumnya, pemerintah RI resmi melarang ekspor minyak sawit mentah dan produk minyak goreng mulai 28 April mendatang.

"Dalam rapat tersebut telah saya putuskan pemerintah melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng," kata Jokowi, Jumat (22/4/2022).

Kebijakan ini diambil menyusul polemik kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng di pasar yang terindikasi adanya aktivitas mafia.

Kejaksaan Agung (Kejagung) baru-baru ini menetapkan sejumlah tersangka terkait kasus ekspor minyak goreng. Mereka adalah pihak yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Miris, pihak yang membuat banyak masyarakat susah ternyata adalah pemerintah yang tak lain Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana (IWW) yang ditetapkan menjadi salah satu tersangka.

Selain IWW, Kejagung juga menetapkan tiga orang tersangka lainnya dalam kasus itu, yaitu Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia MPT, Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group (PHG) SM, dan General Manager di Bagian General Affair PT Musim Mas PTS. Seluruh tersangka telah ditahan oleh Kejagung.

Menurut ekonom MNC Sekuritas Tirta Citradi, kebijakan larangan ekspor CPO ini tentu akan berdampak pada penurunan kinerja ekspor bulanan.

"Di sepanjang tahun 2022 ini, ekspor minyak nabati RI mencapai hampir US$ 8 miliar, artinya per bulan sumbangsihnya sebesar US$ 3 miliar, jadi ada kemungkinan kehilangan ekspor sebesar itu. Surplus neraca dagang mungkin turun, ini secara makro kalau berkepanjangan tentu tidak akan oke terhadap stabilitas eksternal," ungkap Tirta saat dihubungi CNBC Indonesia.

Terkait dampaknya terhadap pasar, larangan ekspor CPO akan berpeluang mendorong harga CPO dan minyak nabati dunia melesat lagi mengingat Indonesia merupakan salah satu pemain CPO terbesar global.

Bagi emiten-emiten sawit, kenaikan harga CPO global jadi kurang bisa dinikmati dengan adanya larangan ekspor ini sehingga bisa menjadi salah satu katalis negatif bagi kinerja harga sahamnya, terutama yang punya pangsa ekspor besar terhadap pendapatan bisnis.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(adf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adu Strategi Sawit RI di Tengah Tekanan Ekonomi Global