Banyak Tekanan! Rupiah Terkoreksi Lalu Stagnan Awal Pekan Ini

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Senin, 25/04/2022 11:22 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi cukup tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (25/4/2022), jika dibandingkan dengan kinerja rupiah pada pekan lalu yang terkoreksi tipis-tipis saja. Apa pemicunya?

Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan terkoreksi cukup tajam 0,55% di Rp 14.435/US$. Kemudian, rupiah bergerak stagnan hingga pukul 11:00 WIB.

Tanda-tanda rupiah akan terkoreksi telah terindikasi pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF) yang nilainya jauh lebih lemah di pertengahan hari ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Jumat (22/4/2022).


Periode

Kurs Jumat (22/4) pukul 15:13 WIB

Kurs Senin (25/4) pukul 11:03 WIB

1 Pekan

Rp14.368,7

Rp14.440,0

1 Bulan

Rp14.371,0

Rp14.485,0

2 Bulan

Rp14.388,0

Rp14.534,0

3 Bulan

Rp14.408,0

Rp14.557,5

6 Bulan

Rp14.486,0

Rp14.665,0

9 Bulan

Rp14.581,0

Rp14.795,0

1 Tahun

Rp14.709,8

Rp14.910,0

2 Tahun

Rp15.101,3

Rp15.243,0

Indeks dolar AS di sepanjang pekan lalu telah melesat 0,9% ke 101,22 yang merupakan level tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Pada pukul 11:00 WIB, dolar AS terpantau menguat sebanyak 0,01% terhadap 6 mata uang dunia. Wajar saja, pelemahan rupiah menjadi tidak terelakkan.

Tidak hanya itu, pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk memberhentikan ekspor minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang akan dimulai pada 28 April mendatang.

Keputusan tersebut telah ditetapkan oleh Presiden RI Jokowi pada pekan lalu guna memenuhi kebutuhan minyak goreng domestik. Padahal, ekspor CPO merupakan salah satu kontributor terbesar sebagai penghasil devisa dan pendapatan pada neraca perdagangan Indonesia.

Hal tersebut tentunya menjadi sentimen negatif tambahan karena pendapatan Indonesia akan berkurang drastis dan menekan performa rupiah di pasar spot.

Penguatan dolar AS di pasar spot didorong oleh rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menetapkan kebijakan moneter yang agresif dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin yang diakan dimulai pada Mei.

Hal tersebut diperkuat ketika Presiden The Fed Jerome Powell pada Kamis (21/4) menyatakan keterbukaannya pada rencana tersebut.

"50 basis poin akan dibahas untuk pertemuan Mei," kata Powell yang dikutip dari Reuters.

Investor akan menantikan rilis data ekonomi sebagai ukuran utama inflasi AS pekan ini. Indeks pengeluaran pribadi konsumen (PCE) akan dirilis pada hari Jumat (29/4) sebelum perdagangan dibuka.

PCE merupakan data yang dapat menggambarkan ukuran inflasi yang diawasi ketat dan lebih disukai oleh The Fed.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

PBB Siap Pertemukan Putin & Zelenskyy Agar Berdamai