
Bursa Asia Rontok Berjamaah, Cuma Shanghai-STI yang Selamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Jumat (22/4/2022) akhir pekan ini, karena investor bereaksi terhadap komentar dari gubernur bank sentral China serta komentar dari Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).
Hanya indeks Shanghai Composite China dan Straits Times Singapura (STI) yang ditutup di zona hijau. Shanghai ditutup menguat 0,23% ke level 3.086,92, sedangkan STI berakhir terapresiasi 0,38% ke posisi 3.361,11.
Sementara sisanya ditutup di zona merah, dengan indeks Nikkei Jepang dan ASX 200 Australia memimpin koreksi. Nikkei ditutup ambruk 1,63% ke level 27.105,26 dan ASX 200 ambles 1,57% ke posisi 7.473,3.
Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,21% ke level 20.638,52, KOSPI Korea Selatan merosot 0,86% ke 2.704,71, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,7% ke posisi 7.225,606.
Gubernur bank sentral China (People Bank of China/PBoC), Yi Gang mengatakan pihaknya tetap akan mempertahankan kebijakan moneter dengan hati-hati dan meningkatkan dukungan finansial untuk ekonomi China.
Yi mengatakan prioritas kebijakan moneter China adalah memastikan harga yang stabil, terutama untuk makanan dan energi.
Komentar Yi datang karena investor telah mengamati tanda-tanda dukungan kebijakan dari otoritas China. Pasar China telah berjuang untuk mendapatkan keuntungan sebagian besar minggu ini karena investor khawatir tentang prospek ekonomi China yang kembali memudar akibat pandemi virus corona (Covid-19) terburuk sejak awal pandemi tahun 2020 lalu.
Investor di Asia-Pasifik juga cenderung merespons negatif dari pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell yang mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih besar mungkin akan dilakukan pada rapat kebijakan moneter berikutnya, dalam hal ini edisi Mei.
"Ini saatnya untuk bergerak sedikit lebih cepat dalam menaikkan suku bunga. Saya juga berpikir ada sesuatu yang bisa dikatakan untuk front-end loading setiap akomodasi yang dianggap tepat. ... Saya akan mengatakan 50 basis poin akan dibahas untuk pertemuan Mei," kata Powell dalam Forum Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF).
Sebelum Powell memberikan komentarnya, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly, Charles Evans dari Chicago, dan Raphael Bostic dari Atlanta telah mengatakan bahwa mereka melihat perlunya menaikkan suku bunga acuan untuk menjinakkan inflasi, tapi tidak ingin menghentikan ekspansi.
Daly mengakui bahwa kebijakan yang lebih ketat dapat memicu resesi ringan. Adapun Presiden The Fed St Louis James Bullard di awal pekan bilang bahwa dia terbuka dengan opsi kenaikan 0,75% pada pertemuan Mei untuk membantu meredam inflasi yang kini tertinggi sejak 40 tahun.
Di lain sisi, investor juga merespons negatif dari melonjaknya kembali yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun ke level 2,9%.
Pada Kamis pukul 17:05 waktu AS, yield Treasury tenor 10 tahun melonjak 7,2 basis poin (bp) ke level 2,908%. Level ini merupakan level tertinggi sejak tahun 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
