
Gagal Jadi Juara Bertahan, Hari Ini Rupiah Kalah vs Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (22/4/2022). Pekan ini, performa rupiah terhadap dolar AS bisa dibilang cukup fluktuatif. Kok bisa?
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,05% di Rp 14.350/US$. Kemudian, rupiah terkoreksi lebih tajam menjadi 0,12% ke Rp 14.360/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Padahal, kemarin Mata Uang Garuda berhasil menguat terhadap si 'greenback' dan berakhir di zona positif, meskipun pada Rabu (10/4), rupiah juga terkoreksi.
Kemarin, indeks dolar AS sempat jeblok ke bawah level 100, tapi hari ini kembali perkasa. Terpantau pukul 11:00 WIB, dolar AS berhasil menguat 0,04% terhadap 6 mata uang dunia. Sehingga, pelemahan rupiah menjadi tidak terelakkan.
Pergerakan tersebut ditopang oleh pernyataan Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell kemarin. Powell menyatakan bahwa The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan yang agresif sebanyak 50 basis poin pada pertemuan selanjutnya pada 3-4 Mei.
Pada dasarnya, pernyataan Powell tersebut telah memenuhi ekspektasi pasar. Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, sebanyak 97,6% pelaku pasar yakin akan adanya kenaikan pada suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin dan menetapkan tingkat pinjaman untuk bank menjadi 2,75%.
Tidak hanya itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun mencapai titik 2,9%.
"Tujuan kami adalah membuat permintaan dan pasokan kembali sinkron, sehingga inflasi bergerak turun dan tidak menyebabkan perlambatan yang berarti resesi," tambah Powell yang dikutip dari CNBC International.
Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan bahwa daftar pengangguran menyusut ke level terendah dalam 52 tahun, menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja yang semakin ketat. Angka klaim pengangguran secara mingguan turun 2.000 orang ke 184.000 orang.
Krisis tenaga kerja membuat angka PHK rendah, mendorong inflasi karena upah minimum menjadi naik, sehingga menekan The Fed untuk bertindak agresif.
"Klaim pengangguran mendekati rekor terendah berarti upah pekerja akan terus naik dan naik, menjamin bahwa inflasi tetap lebih persisten dan pada tingkat yang lebih mengkhawatirkan lebih lama dari yang diyakini pejabat Fed," tutur Kepala Analis FWDBONDS Christopher Rupkey.
Berbeda dengan The Fed yang hawkish, Bank Indonesia (BI) justru pada Selasa (19/4) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, di mana BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
Suku bunga acuan sudah bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 dan sudah bertahan selama 14 bulan terakhir, merupakan suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer