Wall Street Longsor Lagi, Bursa Asia Kebakaran

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 22/04/2022 08:53 WIB
Foto: Reuters/Tyrone Siu

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung terkoreksi pada perdagangan Jumat (22/4/2022), karena investor cenderung beraksi negatif dari pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei dibuka ambruk 1,62%, Hang Seng Hong Kong ambles 2,04%, Shanghai Composite China merosot 0,7%, Straits Times Singapura melemah 0,59%, ASX 200 Australia ambrol 1,11%, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,99%.

Dari Jepang, inflasi pada Maret lalu dilaporkan mengalami kenaikan seiring naiknya inflasi global. Menurut data resmi pemerintah, inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) inti, naik menjadi 0,8% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 0,6%.


Sedangkan IHK secara tahunan (year-on-year/yoy) dilaporkan naik menjadi 1,2%, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 0,9%.

Secara lebih rinci, harga listrik naik 21,6%, sedangkan harga minyak goreng naik 34,7%. Biaya komunikasi seluler turun 52,7%, efek dari pengenalan rencana harga murah oleh operator besar. Di luar dampak penurunan ini, tingkat inflasi di bulan Maret adalah sekitar 2,2%.

Tingkat inflasi Jepang dapat meningkat lebih lanjut dari April dan seterusnya karena penghapusan dampak tarif komunikasi seluler yang lebih rendah dan harga energi yang lebih tinggi karena terdampak dari perang Rusia-Ukraina.

Selain itu, Jepang juga telah merilis data flash reading atau data awal dari aktivitas manufakturnya pada April 2022. Data dari Jibun Bank/Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang tercermin pada Purchasing Manager's Index (PMI) pada bulan ini sedikit turun menjadi 53,4, dari sebelumnya pada Maret lalu di angka 54,1

Meski turun, namun PMI manufaktur Jepang masih berada di zona ekspansif. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, dan di atas 50 berarti ekspansi.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung terkoreksi pada hari ini mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang kembali berjatuhan pada Kamis kemarin waktu AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,05% ke level 34.792,76, S&P ambruk 1,47% ke level 4.393,7 dan Nasdaq Composite anjlok 2,07% ke posisi 13.174,65.

Padahal sehari sebelumnya, ketiga indeks utama Wall Street tersebut sempat pulih dari zona koreksi karena optimisme pasar terkait perilisan kinerja keuangan perseroan di AS.

Investor merespons negatif dari melonjaknya kembali yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun ke level 2,9%.

Pada pukul 17:05 waktu AS, yield Treasury tenor 10 melonjak 7,2 basis poin (bp) ke level 2,908%. Level ini merupakan level tertinggi sejak tahun 2018.

Melonjaknya kembali yield Treasury tenor 10 tahun terjadi di tengah prospek pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan semakin agresif untuk membendung inflasi.

Prospek tersebut semakin jelas setelah Ketua The Fed, Jerome Powell dalam pidatonya di Forum Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) tentang Ekonomi Global mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih besar mungkin akan datang bulan depan.

"Pantas dalam pandangan saya untuk bergerak sedikit lebih cepat dalam menaikkan suku bunga. Saya juga berpikir ada sesuatu yang bisa dikatakan untuk front-end loading setiap akomodasi yang dianggap tepat. ... Saya akan mengatakan 50 basis poin akan dibahas untuk pertemuan Mei," kata Powell dalam Forum IMF.

Namun, banyak pengamat merasa skeptis bahwa The Fed dapat mengendalikan inflasi tanpa menyebabkan kerusakan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel